When I Was Your Man #7

FLASHBACK

Kejadian ini mirip dengan kejadian delapan tahun yang lalu saat Ji-yun diculik oleh orang yang sama. Bedanya, pertama-tama Ji-hyun diculik sepulang sekolah dengan pria yang dibayar oleh pennculik sebenarnya, bukan diculik langsung oleh penculik sebenarnya. Dan satu lagi, waktu itu Ji-hyun hanya disembunyikan di Seoul, tidak sampai dibawa pergi ke luar kota.

Pada waktu itu, Joo-ahn mengejar Ji-hyun bersama seorang detektif. Joo-ahn sangat panik dan tidak berhasil menemukan Ji-hyun pada hari saat Ji-hyun diculik. Akhirnya, semuanya diserahkan oleh polisi karen Joo-ahn masih remaja dan tidak dapat berbuat apa-apa.

"Ji-hyun!" ucap Joo-ahn saat polisi sudah menemukan Ji-hyun yang pingsan karena diculik selama seminggu. Ji-hyun yang menderita kelainan jantung sewaktu kecil memang lemah. Walaupun jantungnya sudah dioperasi, tetap saja Ji-hyun lemah bila idbandingkan dengan masnusia normal seumurnya.

"Ji-hyun!" teriak Joo-ahn saat Ji-hyun dibawa ke mobil ambulans.
"Kamu siapa?" tanya ayah Ji-hyun.
"Aku Kim Joo-ahn, pacarnya Ji-hyun," ucap Joo-ahn.
"Menjauhlah dari anakku! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi! Aku tidak ingin Ji-hyun berhubungan dengan pria manapun kecuali dengan orang yang sangat aku kenal sejak dia kecil. Aku tidak mau melihat Ji-hyun menderita," ucap ayah Ji-hyun.
"Tapi paman, aku bukan orang jahat," ucap Joo-ahn.
"Tetap saja, aku tidak bisa melihatnya bersamamu!" ucap ayah Ji-hyun.

Ayah Ji-hyun masuk ke dalam mobil ambulans dan mobil ambulans pergi menuju rumah sakit terdekat. Joo-ahn kembali pulang diantar oleh mobil polisi.

***

Sudah dua hari Ji-hyun diculik. Sekarang, Ji-hyun masih duduk di atas sebuah kursi kayu dengan tangan dan badan yang terikat dengan tali tambang. Penculik itu hanya memberinya air minum yang jumlahnya tidak begitu banyak.

"Buka pintunya!" teriak sebuah suara dari luar rumah kecil itu.

Seorang polisi menendang-nendang pintu trumah yang terkunci itu. Dengan cepat, sang penculik membuka ikatan tali pada tubuh Ji-hyun dan menyeret wanita itu untuk pergi melewati pintu tersembunyai di dalam rumah itu. Setelah itu, penculik itu membawa Ji-hyun menggunakan sebuah mobil yang entah milik siapa dan bagaimana bisa ada di belakang rumah kecil itu.

"MMMM....!!" teriak Ji-hyun dari dalam mobil.
"Mari kita pergi ke sebuah penginapan milik teman dekatku," ucap penculik itu.

Penculit itu membawa Ji-hyun pergi ke sebuah penginapan keciil milik teman dekat si penculik. Penculik itu berencana untuk membawa Ji-hyun ke dalam sebuah kamar untuk bersembunyi dari polisi.

***

Hari sudah malam. Joo-ahn masih berputar-putar di dalam kota Suwon. Begitu juga dengan In-ho. In-ho dan Joo-ahn sudah membagi daerah tempat pencarian agar tidak perlu mencari dalam tempat yang sama secara bersamaan.

"Permisi, apakah ada tamu pria dan wanita yang baru saja datang ke hotel ini untuk menginap?" tanya Joo-ahn.
"Maaf, hari ini belum ada tamu sepasang pria dan wanita," ucap petugas hotel.
"Terima kasih," ucap petugas hotel.

Joo-ahn keluar dari sebuah hotel dan pergi ke tempat lain lagi. Sementara itu, penculik dan Ji-hyun turun dari mobil yang terparkir di tempat parkir, lalu masuk ke dalam hotel yang baru saja dikunjungi oleh Joo-ahn. Penculik itu meminta kunci kamar hotel yang telah dipesannya lewat aplikasi.

Ketika piintu kamar hotel telah dibuka oleh sang penculik, penculik itu mendorong tubuh Ji-hyun ke tas ranjang, lalu mengikat kedua kakinya agar tidak bisa berdiri. Setelah itu, sang pria membuka kaos yang dipakainya dan berbaring di samping Ji-hyun. Ji-hyun ketakutan dan berteriak kencang.

"AAAAA! Jangan lakukan apapun denganku!" ucap Ji-hyun.
"Apakah kamu mau besok aku menghabisi pacarmu itu?" tanya penculik.
"Jangan sentuh aku!" teriak Ji-hyun.
"Hahahaha, tidak ada yang bisa kamu lakukan nona Lee!" ucap penculik.

Penculik itu menarik pakaian yang dipakai oleh Ji-hyun. Penculik itu juga menyentuh rok hitam selutut yang dipakai oleh Ji-hyun.

"Minum ini!" ucap penculik itu.

Penculik itu memberikan air minum kemasan dan Ji-hyun minum air itu karena dipaksa oleh penculik itu. Kebetulan juga, Ji-hyun merasa sangat haus.

Penculik itu merasa sangat senang karena Ji-hyun telat minum minuman itu. Minuman itu sudah diracik dengan diberi tambahan zat yang dapat membuat seseorang akan pingsan dalam beberapa jam.

"AAAAA, kepalaku sakit sekali!" ucap Ji-hyun.

Ji-hyun langsung pingsan di atas kasur hotel. Penculik itu memegang rok Ji-hyun dan berusaha untuk membukanya.

"LEPASKAN!" teriak seorang pria yang membuka pintu kamar hotel.
"Kamu siapa?" tanya penculik itu.
"Kamu tidak perlu tahu aku ini siapa. Yang jelas, cepat lepaskan dia!' teriak In-ho.
"Untuk apa? Dia sudah menyerahkan dirinya kepadaku. Apakah kamu mau merebutnya dariku dan menjadikan dia milikmu? Atau kamu ingin berbagi denganku di kamar ini?" tanya penculik itu.
"Menyerahlah!" ucap In-ho.
"Beraninya kamu!" ucap penculik itu.

Penculik itu menarik baju yang dipakai oleh In-ho dan menyeret pria itu masuk ke dalam kamar hotel. In-ho memberi perlawanan dengan menendang tubuh pria itu, tetapi In-ho gagal dan pria itu lebih kuat dari pada dirinya. Akhirnya, In-ho terjatuh dengan badan yang lemas. Pria itu meletakan tubuh In-ho di atas kursi hotel dan mengikatnya.

"Kalau kamu macam-macam padaku, aku akan keluarkan senjata yang aku punya!" ucap penculik itu.

Sekali lagi, pria itu mendekati tubuh Ji-hyun yang sedang pingsan di atas kasur setelah In-ho tak sadarkan diri karena dihajar oleh penculik itu.

Penculik itu melepaskan blazer yang dipakai oleh Ji-hyun, setelah itu, pria itu berusaha untuk menyentuh tubuh Ji-hyun lagi.

"Lepaskan!" ucap seorang polisi yang membuka pintu kamar hotel.

Melihat ada seorang polisi yang datang, penculik itu menghajar polisi itu sampai polisi itu terjatuh di lantai kamar. Setelah itu, penculik membawa tasnya dan kabur. Polisi itu langsung bangun dan mengecek keadaan Ji-hyun dan In-ho.

Seorang polisi yang dihajar oleh penculik itu tidak bodoh. Di lantai bawah, dia sudah menyuruh rekannya untuk berjaga dan langsung menahan penculik itu kalau penculik itu lewat. Tidak hanya pintu lobi utama hotel yang dijaga, tetapi seluruh celah yang mungkin dilewati oleh si penculik. Polisi yang ada di dalam kamar hotel memakai alat kecil yang bila ditekan atau tertekan akan mengirim sinyal kepada alat yang dipegang oleh salah satu rekannya sehingga rekannya dapat mengetahui kalau si penculik sudah kabur ke lantai bawah.

"Polisi, tolong telepon Kim Joo-ahn. Kim Joo-ahn di dalam kontak ponselku," ucap In-ho tak berdaya.

Polisi yang sedang merasa tak berdaya langsung meraih ponsel milik In-ho yang ada di lantai. Polisi itu menekan tombol telepon untuk menelepon Joo-ahn.

"Joo-ahn..." ucap In-ho yang lemas.
"Sunbae, kamu ada dimana?" tanya Joo-ahn.
"Joo-ahn, hotel Gwonseon lantai tiga," ucap Joo-ahn.
"Sunbae, ada apa disana?" tanya Joo-ahn.
"Joo-ahn..." ucap In-ho. In-ho berbicara dengan sangat lemas dan In-ho pingsan di atas kursi kamar hotel.

***

"Gawat! Aku ketahuan oleh polisi," ucap penculik saat menelepon Sang-ho.
"Apa? Kamu tidak berhasil mendapatkan Ji-hyun dari Joo-ahn?" tanya Sang-ho.
"Tidak. Dia tertinggal di kamar hotel. Saat aku ketahuan, aku meninggalkannya dan langsung kabur," ucap penculik itu.
"Memangnya, apa yang kamu lakukan sampai ketahuan? Bukannya aku hanya memintamu untuk membawa Ji-hyun ke rumahmu atau kemana sampai aku tiba dari Jepang? Tujuanku kan hanya supaya dia menjadi milikku seutuhnya," ucap Sang-ho.
"Maaf Sang-ho. Aku tergoda oleh hawa nafsuku. Aku berniat untuk sedikit bermain dengannya. Kamu pasti mengerti apa yang aku maksud. Aku menculik Ji-hyun ke dalam kamar hotel dan ingin bermalam dengannya. Ji-hyun seksi sekali," ucap penculik.
"Apa? Aku membayarmu untuk mengamankan dia dari Joo-ahn, bukan memberikan Ji-hyun untuk kamu permainkan seperti itu!" ucap Sang-ho.
"Maafkan aku," ucap penculik itu.

***

Lee In-ho dan Lee Ji-hyun dilarikan ke rumah sakit di kota Suwon. Joo-ahn dan seorang polisi mengantar dua kakak beradik ke rumah sakit.

In-ho terluka parah karena berkelahi dengan penculik yang menculik adiknya, sehingga harus masuk ruang operasi dan dijahit. Ji-hyun hanya masuk ke kamar inap biasa dan dipasangkan infus saja.

"TIDAAAAKKK!!!" teriak Ji-hyun saat sadar dari pingsan selama hampir dua jam.
"Ji-hyun?" ucap Joo-ahn.
"Apa yang terjadi? Apakah aku baru saja bermimpi buruk?" tanya Ji-hyun.
"Ji-hyun!" ucap Joo-ahn sambil memeluk tubuh Ji-hyun.
"Lepaskan! Kenapa kamu memeluk diriku?" ucap Ji-hyun.
"Memangnya tidak boleh?" tanya Joo-ahn.
"Hei, aku ini sudah mau menikah dua bulan lagi!" ucap Ji-hyun.
"Kamu yakin sudah ingin menikah secepat itu?" tanya Joo-ahn.
"Kenapa kamu mencampuri urusan pernikahanku?" tanya Ji-hyun.
"Aku senang kamu sudah sadar setelah dua jam pingsan. Dari tadi aku mengkhawatirkanmu. Penculik itu sudah kabur dan sedang dicari oleh polisi. Kamu tenang saja, biar polisi yang bekerja," ucap Joo-ahn.
"Joo-ahn..." ucap Ji-hyun.
"Joo-ahn, jangan pergi!" ucap Ji-hyun.
Joo-ahn bingung mendengar permintaan Ji-hyun untuk tidak pergi. "Baiklah, aku akan ada disini selama kamu dirawat. Aku akan bersamamu walau aku tahu kalau aku tidak akan pernah bisa memilikimu. Kamu sudah punya kekasih," ucap Joo-ahn.
"Joo-ahn, aku takut sekali. Tolong jangan tinggalkan aku," ucap Ji-hyun.
"Kapan pacarmu kembali dari Jepang?" tanya Joo-ahn.
"Akhir bulan ini. Masih ada dua minggu lagi waktu pelatihannya," ucap Ji-hyun.
"Baiklah, aku akan menjagamu disini," ucap Joo-ahn.
"Joo-ahn, apakah Sang-ho tetap akan menikahiku kalau saja dia tahu bahwa pria itu sudah memegang-megang tubuhku, apalagi bagian terlarang itu? Apakah Sang-ho mau menikahiku walau aku sudah dibawa ke hotel seperti tadi?" tanya Ji-hyun sambil menangis.
"Ji-hyun, selama Sang-ho tidak tahu, aku rasa semua akan berjalan dengan baik," ucap Joo-ahn.
"Benarkah?" tanya Ji-hyun.
"Tentu saja!" Jawab Joo-ahn.
"Oiya Joo-ahn, apakah kamu masih ingat kejadian delapan tahun yang lalu saat aku diculik oleh orang itu?" tanya Ji-hyun.
"Aku masih ingat. Waktu itu aku yang menolongmu kan?" tanya Joo-ahn.
"Iya, kamu yang menolongku. Terima kasih ya!" ucap Ji-hyun.
"Ji-hyun, mau melihat kakakmu?" tanya Joo-ahn.
"Memangnya oppa ada dimana?" tanya Ji-hyun.
"Di ruang rawat lorong pria. Dia baru saja selesai dijahit," ucap Joo-ahn.
"Apa katamu? Dijahit? Memangnya, apa yang terjadi?" tanya Ji-hyun.
"Ceritanya nanti saja. Ayo kita lihat dia!" ucap Joo-ahn.

Joo-ahn membantu Ji-hyun bangun dan Ji-hyun berjalan bersama Joo-ahn sambil mendorong tongkat pengait infus.

BERSAMBUNG.....

0 Comments