When I Was Your Man #3

"Aku pulang!" ucap Joo-ahn saat membuka pintu rumahnya.

Kdua adik kandung dari Joo-ahn sudah duduk di meja makan bersama ayah mereka. Joo-ahn meletakan sepasang sepatu yang dipakainya tadi di dalam lemari sepatu. Setelah itu, dilemparnya sepasang kaus kaki hitamnya ke dalam keranjang pakaian kotor.

"Kamu terlihat lelah," ucap ayah Joo-ahn.
"Iya," jawab Joo-ahn.
"Yasudah, kamu mandi saja. Kamu bisa makan malam nanti setelah mandi," ucap ayah Joo-ahn.
"Baiklah appa," ucap Joo-ahn.

Joo-ahn masuk ke dalam kamar mandi di lantai dua rumahnya. Dirinya merasa lelah karena bekerja seharian di kantor. Mandi dapat membuat badanya terasa lebih segar.

Sambil berdiri di bawah shower yang menyala,  Joo-ahn membasahi seluruh bagian tubuhnya. Jo-ahn berbikir kenapa dia bisa bersikap tegas dan sedikit galak terhadap Ji-hyun di hari pertamanya bekerja. Jo-ahn sudah berusaha untuk mengendalikan emosinya, tetapi tetap saja tidak bisa. Dia tetap saja ingin marah setiap kali melihat wajah Ji-hyun.

Setelah mandi dan memakai pakian, Joo-ahn keluar dari kamar mandi sambil memakai handuk kecil di lehernya. Tae-hwan berpapasan dengannya di depan kamar mandi lantai dua.

"Hyung, tadi teman eomma memberikan kita buah apel yang segar," ucap Tae-hwan.
"Apakah masih ada untukku?" tanya Joo-ahn.
"Tentu saja! Aku tidak mungkin memakan semua apel itu. Hyung kan sangat suka makan apel," ucap Tae-hwan.
"Tae-hwan," ucap Joo-ahn.
"Ada apa kak?" tanya Tae-hwan.
"Apakah kehidupan perkuliahanmu menyulitkanmu? Kamu terlihat kesulitan setaip hari," ucap Joo-ahn.
"Ah kakak, aku bisa mengatasi semua masalahku sendiri," ucap Tae-hwan.
"Kalau kamu ada kesulitan, seharusnya kamu bisa cerita kepada kakak," ucap Joo-ahn.
"Kakak, aku rasa aku salah memilih tempat kuliah," ucap Tae-hwan.
"Kenapa?" tanya Joo-ahn.
"Aku rasa, aku hanya membuang-buang uang yang ayah berikan dan kakak bantu. Aku memaksakan diriku untuk masuk ke universitas bergengsi dan sekarang aku tidak suka dengan beberapa teman-temanku yang terus menyombongkan apa yang mereka pakai atau mereka bawa. Kata mereka, aku hanya tahu soal belajar. Memang, kita bukan orang kaya seperti mereka," ucap Tae-hwan.
"Tae-hwan, kamu masih memiliki satu tahun sebelum lulus. Lebih baik, gunakan sisa waktumu itu untuk lulus dan mendapatkan gelar dari pada memikirkan hal yang mengganggumu," ucap Joo-ahn.
"Terima kasih kakak atas nasihatmu," ucap Tae-hwan.
"Kakak turun ke dapur dulu ya!" ucap Joo-ahn.
"Oke," jawab Tae-hwan.

***

"Oppa, apakah oppa mau pergi nonton konser bersamaku?" tanya Min-ji sambil menonton tv.
"Konser apa?" tanya Joo-ahn yang duduk sendirian di meja makan depan dapur.
"Konser EXO yang akan diadakan dua minggu lagi," ucap Min-ji.
"Hei, memangnya kamu punya banyak uang? Lagi pula, aku tidak tertarik untuk melihat EXO. Kalau kamu mengajakku untuk menonton konser Girls' Generation, akan akan pertimbangkan," ucap Joo-ahn.
"Tentu saja aku menabung selama beberapa bulan," ucap Min-ji.
"Pergilah dengan temanmu atau ajak saja Tae-hwan," ucap Joo-ahn.
"Oppa, apakah oppa takut akan dikejar-kejar oleh temanku?" tanya Min-ji.
"Bukan itu. Aku memang tidak tertarik saja," ucap Joo-ahn.
"Huh, baiklah," ucap Min-ji.

Setelah selesai makan malam, Joo-ahn seperti biasa menyuci sendiri piring bekas dia gunakan. Setelah itu, dia duduk pada sofa yang sama dengan Min-ji untuk menemani adiknya menonton acara tv kesukaannya.

"Oppa, lucu kan?" tanya Min-ji.
"Apanya yang lucu?" tanya Joo-ahn.
"Jadi, kakak tetap tidak menganggap acara ini lucu ya? Tapi, tadi kakak tertawa," ucap Min-ji.
"Siapa yang tertawa?" tanya Joo-ahn.
"Tuh kan, kakak tertawa lagi," ledek Min-ji.
"Baru kali ini aku menonton acara ini dan merasa lucu," ucap Joo-ahn.
"Dari dulu, acara ini memang sudah lucu. Kakak saja yang tidak ada selera humor," ucap Min-ji.
"Hahaha..." ucap Joo-ahn.
"Oppa, apakah oppa akan menerima kembali Ji-hyun eonni?" tanya Min-ji.
"Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu?" tanya Joo-ahn.
"Ah, aku hanya penasaran saja. Apakah oppa bertemu lagi dengannya di kereta saat pulang?" tanya Min-ji.
"Dia adalah bawahanku yang baru. Dia dipindahkan oleh pimpinan dari kantor cabang ke kantor utama. Kami satu tim. Kenapa kami dipertemukan lagi ya?" ucap Joo-ahn.
"WOW!" ucap Min-ji saat memperhatikan acara Let's Go Dream Team di tv.
"Min-ji, kenapa berteriak seperti itu?" tanya Tae-hwan yang sedang mengisi minum di gelasnya.
"Ini seru sekali oppa!" ucap Min-ji.
"Kakak, kakak sekarang satu perusahaan dengan Ji-hyun eonni?" tanya Tae-hwan.
"Iya," jawab Joo-ahn.
"Oppa, dua minggu lagi temani aku pergi nonton konser EXO ya?" ucap Min-ji.
"Kakak tidak punya banyak uang," ucap Tae-hwan.
"Ah, kakak! Aku iri pada temanku yang sudah punya pacar. Mereka bisa datang bersama. Aku tidak punya pacar, bahkan teman dekat pria saja tidak punya. Ah, terpaksa aku nonton sendiri," keluh Min-ji.
"Lebih baik simpan saja uangmu itu. Nanti kita pergi nonton SM Town Live Tour saja," ucap Joo-ahn.
"Benarkah? Kapan?" tanya Min-ji.
"Kalau tidak salah, yang tahun ini sudah lewat. Tahun depan kita nonton ya!" ucap Joo-ahn.
"Ah kakak, kenapa lama sekali?" tanya Min-ji.
"Justru lebih bagus kan? Kita bisa menabung untuk harga tiket yang lebih mahal," ucap Joo-ahn.
"Tell me why why why neoman wonhago ittjanha. No bye bye bye keureon seulpeun mareun hajima," ucap Tae-hwan sambil mengambil es batu dari dalam kulkas.
"Oppa, kenapa selalu menyanyikan lagu milik CNBLUE? Lebih keren lagu milik EXO atau Super Junior," ucap Min-ji.
"Biarin saja dia!" ucap Joo-ahn.
"Menurutku, mereka berempat jauh lebih keren dari pada sembilan orang idolamu," ucap Tae-hwan.
"Oppa!" ucap Min-ji.
"Apa? Sudah sana, tidur saja! Sudah jam sebelas malam," ucap Tae-hwan.
"Kakak sendiri kenapa belum tidur juga?" tanya Min-ji.
"Besok kan hari sabtu, hari libur," ucap Tae-hwan.
"Astaga, aku belum meberinya kabar!" ucap Joo-ahn.
"Kabar apa?" tanya Tae-hwan.
"Ji-hyun mengundang beberapa kenalan untuk menghadiri peringatan sembilan tahun ibunya meninggal besok malam. Aku belum menjawab aku akan datang atau tidak," ucap Joo-ahn.

***

Ji-hyun duduk di atas kasurnya sambil memegang ponselnya. Berkali-kali ia melihat layar ponselnya. Tak ada pesan ataupun telepon yang masuk dari pria yang ditunggunya.

"Aku dulu memarahinya di hari terakhir dia datang ke rumah ini. Tapi, kenapa sekarang aku menunggunya?" desah Ji-hyun.

[Kim Joo-ahn]
Ji-hyun, besok malam aku akan datang ke rumahmu. Maaf baru mengirim pesan malam-malam begini.

Ji-hyun membaca pesan itu. Dia tidak menyangka atasannya akan datang besok. Walaupun Joo-ahn akan datang, tetapi Ji-hyun tidak boleh terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan. Mungkin saja, orang itu datang karena orang itu menghormati rekan kerjanya atau karena dekat dengan kakaknya sewaktu bermain bulutangkis, bukan karena ingin kembali bersama dengan dirinya seperti dulu.

***

"Silahkan masuk!" ucap In-ho, kakak Ji-hyun.

Malam ini, sudah ada beberapa orang yang datang. Ada Mi-yeon dan Joo-hwan sebagai perwakilan dari perusahaan, lalu ada teman dekat In-ho yang bernama Dong-il. Selain itu, Sang-ho juga datang ke rumah Ji-hyun.

Ji-hyun dan In-ho berlutut di depan foto ibunya yang diberi beberapa karangan bunga di samping foto ibunya. Mereka menghormati sosok ibunya dengan tradisi orang korea. Berbeda dengan tradisi dari negara lain yang menghormati sosok orang yang sudah meninggal dengan pergi ke Gereja atau tempat lainnya.

Setelah kakak beradik itu menghormati foto ibunya, mereka menata meja makan dengan lauk-lauk yang dibeli oleh In-ho tadi sore. Para tamu makan malam bersama sebelum pulang.

"Terima kasih untuk makan malamnya," ucap Mi-yeon.
"Mashita!" ucap In-ho.
"Oppa, apakah malam ini oppa akan menginap di rumah kami?" tanya Ji-hyun.
"Iya, sudah lama aku tidak menginap ya," ucap Dong-il.
"Ji-hyun, siapa pria itu?" tanya In-ho.
"Dia? Dia adalah Nam Sang-ho. Oppa sudah lupa?" tanya Ji-hyun.
"Sang-ho? Sang-ho mantan pacarmu itu? Wah, aku sampai tidak mengenali wajahnya lagi," ucap In-ho.
"Apa? Dia mantan pacarmu juga?" bisik Mi-yeon di depan telinga Ji-hyun.
"Dia adalah pacarku sewaktu aku kuliah," bisik Ji-hyun.
"Apa kabar kakak?" ucap Sang-ho sambil membungkukan badannya.
"Ayo diambil makanannya!" ucap In-ho.
"Terima kasih," jawab Sang-ho.

Lee In-ho tidak tahu kalau Joo-ahn dan Ji-hyun pernah menjalin hubungan selama satu tahun. Yang In-ho tahu hanyalah ayahnya tidak ingin Ji-hyun punya pacar selain Sang-ho, kecuali mereka sudah putus setelah mencoba pacaran.

Dulu, semasa kuliah, In-ho memang sering pergi ke perpustakaan atau kerja kelompok atau bermain bulu tangkis, sehingga dia tidak terlalu tahu soal masalah keluarga, apalagi masalah yang menyangkut adiknya. Hal itu yang membuatnya tidak tahu bahwa adiknya kenal dengan Joo-ahn, teman main bulu tangkisnya.

"Ketua Kim, aku pikir ketua tidak akan datang malam ini," ucap Mi-yeon.
"Aku datang karena aku juga mengenal kakak Ji-hyun. Aku adalah ketua tim marketing, sehingga aku tidak enak untuk tidak datang," ucap Joo-ahn.
"Apakah kamu berusaha untuk mendekati Ji-hyun lagi?" tanya Sang-ho.
"Mendekati Ji-hyun? Apakah kalian sebelumnya sangat dekat?" tanya In-ho.
"Sang-ho, apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Joo-ahn kesal.
"Apakah hyung tidak tahu soal mereka berdua?" tanya Sang-ho.
"Memangnya ada apa diantara kalian berdua?" tanya In-ho.
"Tidak ada apa-apa," ucap Ji-hyun.
"Kami dulu berpacaran," ucap Joo-ahn.
"Joo-ahn. maksudku, ketua Kim, kenapa kamu mengatakan hal itu?' tanya Ji-hyun.
"Apa salah kalau aku mengakui apa yang terjadi kepada kita setelah delapan tahun berlalu?" tanya Joo-ahn.
"Kalian...." ucap In-ho.
"Maafkan kami yang menyembunyikan hal ini. Tetapi, aku mencintainya. Aku menyayanginya. Karena aku masih mencintaimu," ucap Joo-ahn tiba-tiba.

Joo-ahn kaget setelah mengakui hal itu. Ji-hyun juga kaget dan hampir tak berkutik. Ji-hyun langsung berdiri dari kursi makannya dan berjalan keluar pintu rumah.

Joo-ahn mengejar Ji-hyun sampai berhasil meraihnya. Akhirnya, Joo-ahn meraih lengan Ji-hyun dan memndekatinya. Joo-ahn juga mencium Ji-hyun di depan rumahnya begitu dia sudah meraih lengan Ji-hyun.

"Apa-apaan ini ketua Kim?" tanya Ji-hyun.
"Jangan panggil aku ketua kalau kita sedang tidak ada urusan kerja," ucap Joo-ahn.
"Lepaskan!" ucap Ji-hyun.

Ji-hyun melepaskan pegangan Joo-ahn. Ji-hyun juga tidak ingin dicium oleh Joo-ahn. Ji-hyun tidak ingin sakit hati lagi seperi delapan tahun yang lalu saat dirinya dan Joo-ahn mengakhiri hubungan mereka.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Ji-hyun juga merindukan masa-masa itu. Ji-hyun ingin kembali bersama Joo-ahn. Tetapi, Ji-hyun bingung dan ragu. Ji-hyun tidak berani melangkah maju dan langsung mengakui semua perasanannya. Apalagi, Sang-ho akan terluka karena Sang-ho juga masih ada perasaan dengannya. Ji-hyun dan Sang-ho mengakhiri hubungan mereka karena Ji-hyun tidak ingin menjalani cinta yang tidak tulus. Ji-hyun lebih memilih untuk berteman dekat dengan Sang-ho saja.

"Tolong jangan lakukan hal ini lagi kepadaku!" ucap Ji-hyun.
"Maaf, tetapi aku tidak dapat mengontrol perasaanku sendiri," ucap Joo-ahn.
"Sampai kapanpun, kamu adalah atasanku. Tidak lebih dari itu," ucap Ji-hyun.

BERSAMBUNG.....

0 Comments