When I Was Your Man #5

"Ji-hyun, tolong periksa ulang dokumen yang kamu kirimkan ke email-ku. Ada kesalahan dalam menghitung biaya pemasaran produk untuk bulan depan," ucap Joo-ahn.
"Benarkah? Baiklah ketua, akan aku perbaiki," ucap Ji-hyun.
"Oiya, setelah jam kerja hari ini, ikutlah sebentar denganku. Ada yang ingin aku beri tahu kepadamu," ucap Joo-ahn.
"Apa itu? Apakah kamu ingin membohongiku lagi?" tanya Ji-hyun.
"Kali ini aku serius," ucap Joo-ahn.
"Oke," jawab Ji-hyun.
"Ji-hyun, tolong panggilkan Mi-yeon," ucap Joo-ahn.
"Oke," jawab Ji-hyun.

Joo-ahn masih memeriksa beberapa dokumen yang dikerjakan oleh tim marketing. Sebagai ketua tim marketing, Joo-ahn harus bisa bekerja dengan teliti dan membimbing semua anggota tim karena misa dari sebuah tim adalah bekerja bersama, bukan bos dan anak buah.

"Ketua, ada apa memanggilku ke mejamu?" tanya Mi-yeon.
"Bisakah kamu diskusi dengan tim desain produk? Tolong minta foto terbaru produk tas unuk musim dingin karena kita harus mengirim proposal ke banyak toko," ucap Joo-ahn.
"Baiklah, aku akan pergi ke lantai bawah," ucap Mi-yeon.
"Mi-yeon," ucap Joo-ahn.
"Ya?" tanya Mi-yeon.
"Bolehkah aku minta tolong satu hal lagi?" tanya Joo-ahn.
"Ada apa?" tanya Mi-yeon.

Setelah Joo-ahn selesai memanggil semua anggota tim marketing, Joo-ahn memberi laporan kepada manajer bidang marketing. Setelah marketing menyetujui hasil kerja tim marketing, Joo-ahn bisa menikmati istirahat makan siang dengan tenang.

***

Hari ini kantin terlihat tidak seramai biasanya. Koki yang bekerja di kantin perusahaan memasak makanan yang terlalu umum dan membosankan hari ini.

Joo-ahn makan di kanton sendirian. Di meja lain ada karyawan bagian lain yang sedang makan. Karyawan baru yang tidak dikenalnya karena bekerja pada bagian lain yang jarang ditemuinya.

Sesekali Joo-ahn melirik jam tangan yang dipakainya. Joo-ahn berpikir apakah pada waktu yang singkat ini semua anggota tim marketing sudah mengambil jam istirahat dan makan siang. Joo-ahn pernah bilang kepada karyawannya kalau tidak baik terlalu keras bekerja, apalagi kalau sampai mengorbankan waktu makan siang mereka.

"Joo-ahn?" sapa manajer Jang.
"Manajer sudah makan?" tanya Joo-ahn.
"Baru saja kembali dari luar abis makan. Aku abis bertemu dengan teman lamaku sambil makan siang. Aku cuma mau beli minum di kantin," ucap manajer.
"Di atas ada siapa?" tanya Joo-ahn.
"Barusan aku meletakan barangku di atas meja dan aku hanya melihat Ji-hyun saja. Hanya dia yang belum turun untuk makan siang," ucap manajer.
"Oh," jawab Joo-ahn.
"Joo-ahn, aku naik ke atas dulu ya!" ucap manajer.

Joo-ahn melanjutkan makan siangnya. Joo-ahn berpikir apakah Ji-hyun sudah makan siang atau belum. Joo-ahn ingin membawakan makan siang ke atas, tetapi Joo-ahn takut Ji-hyun sudah memesan makanan atau membawa makanan.

"Ah, pasti dia beli makan siang kok," ucap Joo-ahn.

***

"Joo-ahn, kita mau pergi kemana?" tanya Ji-hyun saat berdiri di dalam kereta bawah tanah.
"Aku ingin membelikan sesuatu untukmu. Aku ingin kamu ikut ke acara reuni sekolah akhir pekan ini. Kamu harus memakai pakaian yang bagus. Aku perhatikan selama seminggu lebih ini, bajumu itu-itu saja," ucap Joo-ahn.
"Yaampun, aku bisa kok pergi mencari baju sendiri. Lagi pula, apakah aku harus datang ke acara reuni sekolah kita?" ucap Ji-hyun.
"Kenapa tidak mau datang?" tanya Joo-ahn.
"Aku kan tidak banyak teman disana. Jumlah temanku bisa dihitung dengan jari," ucap Ji-hyun.
"Hahaha... jelas saja. Kamu dulu pemalu," ucap Joo-ahn.
"Lho, kok malah menertawakanku?" tanya Ji-hyun.

Setelah kereta bawah tanah sudah sampai di stasiun kereta yang dituju oleh Joo-ahn dan Ji-hyun, mereka berdua turun dan Joo-ahn membawa Ji-hyun ke salah satu toko baju langganan Min-ji.

"Aku tidak tahu apakah ini adalah style-mu atau bukan. Aku hanya ingin kamu memilih baju yang nyaman untukmu nanti. Pilih saja, nanti aku bayar," ucap Joo-ahn.
"Joo-ahn, aku bisa bayar bajunya kok," ucap Ji-hyun.
"Sudahlah, simpan saja uangmu. Kamu kan masih perlu membayar biaya air, listrik, dan biaya lainnya. Kalau aku masih punya kedua orang tua lengkap yang mengurusi rumah," ucap Joo-ahn.
"Tapi, adikmu ada dua orang kan?" tanya Ji-hyun.
"Sudahlah, kamu pilih saja," ucap Joo-ahn.

Ji-hyun mengambil beberapa gaun selutut yang disukainya. Setelah memilihnya, Ji-hyun menunjukan seleranya kepada Joo-ahn.

"Hmm... coba pilih yang lebih bagus lagi," ucap Joo-ahn.
"Bagaimana dengan yang ini?" tanya Ji-hyun.
"Aku rasa, lebih bagus yang hitam atau yang biru tua itu," ucap Joo-ahn.
"Aku kurang suka warna biru. Aku coba yang hitam saja," ucap Ji-hyun.

Ji-hyun mengambil gaun selutut berwarna hitam itu dan mencobanya. Setelah Joo-ahn melihatnya, Joo-ahn menyetujui gaun itu lalu pergi ke kasir untuk membayar.

"Terima kasih," ucap Ji-hyun.
"Ji-hyun, kenapa nada bicaramu seperti orang lesu begitu? Dari tadi kamu tidak bersemangat sekali," ucap Joo-ahn.
"Aku sedang malas makan. Rasanya kurang enak badan. Aku hanya membawa roti saja tadi," ucap Ji-hyun.
"Apa? Jadi, kamu belum makan siang? Kenapa tidak makan? Bagaimana kalau kamu sakit?" tanya Joo-ahn kesal.
"Kenapa kamu marah-marah begitu? Kenapa kamu mempedulikan aku seperti ini? Aku ingin kita seperti teman biasa saja," ucap Ji-hyun.
"Memangnya aku tidak boleh memperlakukan temanku seperti ini?" tanya Joo-ahn.
"Bukan begitu maksudku," ucap Ji-hyun.

Setelah mereka keluar dari dalam toko baju, Joo-ahn masuk ke dalam sebuah toko penjual makanan ringan dan cepat saji. Joo-ahn meminta Ji-hun setidaknya untuk makan sekali walaupun sedang tidak enak badan.

"Kalau kamu tidak enak badan, besok dirumah saja," ucap Joo-ahn.
"Bukankah besok aku harus kerja?" tanya Ji-hyun.
"Sudah, dirumah saja! Jangan bandel. Nanti kalau pingsan atau kecapean bagaimana?" tanya Joo-ahn.
"Kamu masih sama saja ya, selalu marah kalau aku sedang sakit," ucap Ji-hyun.
"Ya, itu karena aku peduli padamu," ucap Joo-ahn.
"Joo-ahn, apakah aku terima saja lamaran Sang-ho? Aku rasa, dialah jalan takdirku. Dia masih mencintaiku katanya," ucap Ji-hyun.

Joo-ahn hanya melanjutkan makan malamnya tampa menjawab. Ji-hyun jadi bingung dan menatap Joo-ahn dengan tatapan bingung. Joo-ahn hanya meneruskan makan malamnya karena dia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ji-hyun.

"Joo-ahn, kok diam saja?" tanya Ji-hyun.
"Ya, lakukan saja apapun yang kamu inginkan. Yang penting kamu bahagia," ucap Joo-ahn.

Ji-hyun semakin bingung. Pria yang sedang makan bersamanya mendukung dirinya untuk menikah dengan orang lain, apalagi dengan Sang-ho. Ji-hyun akhirnya mengambil kesimpulan bahwa Joo-ahn sudah melepaskannya.

***

Hari ini adalah hari diadakannya acara reuni sekolah menengah atas tempat Ji-hyun, Joo-ahn, dan Sang-ho bersekolah dulu. Mareka bertiga bertemu kembali bersama teman-teman lama mereka yang bisa hadir.

"Sang-ho, apa kabar?" tanya Kwon Geun-shin.
"Aku baik-baik saja," jawab Sang-ho.
"Wah, kamu datang dengan siapa?" tanya Geun-shin.
"Kemu tidak kenal? Dia adalah Lee Ji-hyun, teman kita dulu. Ya, dia memang tidak sekelas dengan kita," ucap Sang-ho.
"Ji-hyun yang pendiam itu? Wow, dia cantik banget lho sekarang, membuatku ingin menjadikannya pacarku," ucap Geun-shin.
"Tidak bisa! Dia sudah jadi milikku. Dia pacarku," ucap Sang-ho.
"Apa katamu? Kalian pacaran? Kenapa kamu mendahuluiku? Sejak kapan?" tanya Gun-shin.
"Sejak kemarin. Ji-hyun, kemari!" ucap Sang-ho.
"Ji-hyun berjalan menuju tempat Sang-ho berbicara dengan temannya. "Ada apa?"
"Ini Geun-shin, teman dekatku sewaktu dulu," ucap Sang-ho.
"Halo," ucap Ji-hyun.
"Sang-ho beruntung ya bisa memilikimu," ucap Geun-shin.
"Sang-ho, siapa wanita ini?" tanya Bum-so.
"Ini Ji-hyun, teman satu sekolah kita," ucap Sang-ho.
"Apa? Ini Ji-hyun pacarnya Joo-ahn ya?" tanya Bum-so.
"Sekarang, dia adalah pacarku," ucap Sang-ho.
"Apa kabar? Kamu cantik sekali," ucap Bum-so.
"Maaf, aku tidak kenal kalian berdua," ucap Ji-hyun.
"Tentu saja kamu tidak mengenal kita berdua karena kamu berada di kelas 2-1 dan 3-1 kan? Kami bertiga berada di kelas 2-3 dan 3-3, tidak sepertimu yang berada di kelas unggulan," ucap Bum-so.
"Jadi, kalain akan menikah?" goda Geun-shin.
"Kami belum memikirkan tanggal pernikahan dan persiapannya. Bagaimana menurutmu, Ji-hyun?" tanya Sang-ho.
"Ha?" tanya Ji-hyun kaget.
"Kalau kalian jadi menikah, jangan lupa untuk undang kami!" ucap Bum-so.
"Iya," jawab Sang-ho.

Joo-ahn berjalan sendirian untuk mencari sosok Ji-hyun. Teman dekatnya tidak dapat hadir dalam acara reuni kali ini, sehingga Joo-ahn tidak ada teman bicara. Kebanyakan tamu yang datang adalah murid dari angkatan yang berbeda dengan dirinya.

"Hahaha, kalian sudah sejak kapan dekat?" tanya Geun-shin.
"Kami teman dari sekolah dasar. Ayahku kenal dengan ayah dia," ucap Ji-hyun.
"Benarkah? Aku pikir, hubungan antara teman yang dusah dikenal sejak kecil hanya ada di drama saja," ucap Geun-shin.
"Tentu saja tidak! Kami adalah bukti nyatanya," ucap Sang-ho.
"Ji-hyun, kamu kemana saja?" tanya Joo-ahn saat menemukan sosok Ji-hyun.

Joo-ahn kaget melihat sosok Ji-hyun malam ini. Joo-ahn bukan kaget karena Ji-hyun memakai gaun yang dibelikannya dan terlihat cantik, tetapi yang membuat Joo-ahn menjadi kaget adalah keberadaan Ji-hyun disamping Sang-ho dan teman dekat Sang-ho. Terlebih, Sang-ho merangkul Ji-hyun dari tadi.

"Joo-ahn," ucap Ji-hyun kaget.
"Aku mencarimu dari tadi," ucap Joo-ahn.
"Hei, untuk apa kamu mencari sesuatu yang bukan milikmu lagi?" tanya Sang-ho.
"Apa katamu?" tanya Joo-ahn kesal.
"Dia milikku sekarang," ucap Sang-ho.
"Kalian berhubungan lagi?" tanya Joo-ahn.
"Iya," ucap Sang-ho.
"Ji-hyun, kenapa kamu tidak memberitahuku?" tanya Joo-ahn.
"Memangnya dia siapa harus memberi kabar padamu tentang semua hal?" tanya Sang-ho.
"Apakah kamu berusaha untuk merahasiakannya dariku? Atau kamu melarang dia untuk menceritakan kepada orang lain?" tanya Joo-ahn.
"Aku ini sudah mengenal Ji-hyun sejak kecil. Aku lebih tahu tentangnya dari pada kamu. Aku lebih mengerti dia dari pada kamu. Bukankah dia sudah menolak permintaan maafmu delapan tahun yang lalu? Kenapa kamu masih mencarinya?" tanya Sang-ho.
"Bum-so, aku rasa mereka sudah bertengkar," ucap Geun-shin.
"Iya, lebih baik kita mengambil makanan saja," ucap Bum-so.
"Hei, kenapa kalian berdua berantem?" tanya Ji-hyun.
"Joo-ahn, tolong jauhi Ji-hyun!" ucap Sang-ho.
"Joo-ahn, maafkan aku," ucap Ji-hyun.
"Oke, lakukan saja sesukamu! Tapi, kalau kamu membuat hati Ji-hyun terluka, aku tidak akan tinggal diam. Aku teman dekatnya," ucap Joo-ahn.

BERSAMBUNG.....

0 Comments