Basa jowo dudu basa ibuku. Aku wes ning Jakarta sejak lahir. Jadi, sepuranya aku salah omong, mohon aku dipahami.
Aku ora duwe alasan mbukak sesi ini, sesi bahasa jowo. Aku mung nyoba nggunake basa jawa. Sopo ngerti aku lancar. Hehehe.
Jadi, kalo koe takon piye kabarku akhir-akhir iki, hmm... Random. Oops... Kadang, aku merasa senang. Kadang, aku merasa sedih dan kecewa. Nopo toh?
Ya, urip tu kaya ngono. Kadang, kita ning ndhuwur. Kadang, kita ning isor. Ada waktune. Biar Gusti sing mrentah.
Kadang, aku kesel karo awakku dhewe. Nopo ono wong sing benci karo aku? Aku ngerti, ora semua wong iku baik. Tergantung piye carane kita nanggapi de'e. Ora usah pusing, kata koncoku. Semakin aku tanggapi de'e, semakin rumit. Buyar.
Omong-omong lurs, doakan aku supaya aku isa nulis novel anyar lagi. Aku isih mikirin alur dan konsepnya. Dan aku wis buntu.
Suwun ya lurs wis mampir ning blog iki. Sehat-sehat terus. Amin...
Aku sayang kalian semua, terutama keluargaku.
Papa: orang yang selalu sabar ketika mengantarku pergi. Orang yang mengajariku pelajaran sekolah. Terkadang, beliau tegas kalau aku berbuat salah.
Mama: orang yang mengajarkan baik buruknya kehidupan. Orang yang takut kalau anaknya sakit. Orang yang mendukungku. Orang yang paling mengajariku untuk bersyukur kepada Tuhan.
Adik: Walaupun dia cuek, tapi dia mau membantu. Aku masih ingat novel pertama yang dia belikan untukku dengan hasil tabungannya.
Dan teman-temanku yang sering berbagi cerita kepadaku. Cerita baik maupun buruk. Berbagi senang maupun sedih. Walaupun kadang aku berprasangka buruk kepada temanku sendiri. Perlu disadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Semua orang punya kesalahan.
Maaf kalau aku sudah lama tidak buat post apapun di blog ini.
Akhir-akhir ini aku sebal dengan banyak hal, terutama dengan diriku sendiri. Stress, pusing. Aku gak berharap aku bisa punya kehidupan yang serba nyaman. Aku hanya ingin dicintai. Dalam arti ada teman yang berdiri disisiku.
Mungkin banyak orang menanggap enteng apa yang terjadi pada hidupku akhir-akhir ini. Mungkin aku berlebihan dalam mengekpresikannya. Tapi, kalau aku pendam, juga tidak baik kan?
Kalau ada yang bilang "jangan terlalu memendam perasaanmu", ya aku setuju. Menangislah kalau perlu. Tertawalah kalau perlu. Tapi, aku tidak tahu harus melakukan semua ini dengan siapa.
Aku sudah berusaha untuk menahan semuanya. Aku tidak ingin terlihat lemah. Aku kuat. Namun, semua ada batasnya. Ketika emosiku sudah tidak dapat dikontrol lagi, apa boleh buat. Aku hanyalah seorang manusia biasa. Aku pernah menangis. Bukannya aku cengeng. Tapi, hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tidak punya siapa-siapa untuk bercerita. Kadang, mereka hanya mengabaikan pesanku. Dibaca, lalu ditutup.
Hei, kemana kalian yang dulu? Haruskah aku mengemis untuk menjadi teman cerita kalian?
Aku menangis diatas kasurku. Untuk sekian kalinya setelah hitungan tahun berlalu. Kalau aku sampai menangis, itu artinya hal yang aku alami cukup mengganggu pikiranku.
Aku takut nembebani kedua orang tuaku lagi. Mereka sudah berjuang untukku disetiap kesulitanku. Aku sungguh takut. Akupun pernah merasa sedih ketika aku harus masuk rumah sakit lagi beberapa tahun yang lalu.
Aku mengetik ini sambil merenung dan menangis. Tapi aku harus kuat dan tegar. Karena aku, bukanlah aku yang dulu lagi.