I'm Trapped in a Summer Love

Aku adalah sebuah angin yang telah berhembus melewati berbagai musim. Musim dingin, musim semi, musim panas, musim gugur, lalu kembali ke musim dingin lagi. Begitulah siklus hidupku.

Ada seorang anak perempuan dan laki-laki yang senang menghabiskan waktunya bersama. Ketika aku sedan berhembus di atas kedua orang itu, aku keluar dari jalurku dan berhembus mengikuti kisah mereka. Kisah menarik yang sayang untuk dilewatkan.

Gadis itu berjalan di jalan itu. Jalan yang terletak di daerah Gangnam itu tidak begitu ramai sore ini. Panas matahari menyengat dan membuat orang-orang yang merasa kepanasan berpindah tempat ke sisi lain kota Seoul.

"Jung Ha-young!" seseorang memanggil nama gadis itu dari beberapa meter di belakang tubuh gadis itu.

Gadis itu membalikan badannya dan tersenyum, tetapi tidak beranjak dari posisi tempatnya berdiri. Gadis itu hanya menatap laki-laki itu. Anak laki-laki itu juga tidak merubah posisinya. Keduanya tetap konsisten pada posisinya masing-masing.

"Mari kita jalan bersama," ucap anak laki-laki itu.

Setelah sang gadis mendengar ajakan itu, sang gadis berjalan menghampiri laki-laki itu. Laki-laki itu meraih tangan gadis itu dengan malu, lalu menggenggamnya. Keduanya berjalan bersama.

"Bagaimana kamu tahu namaku?" tanya gadis itu.
"Ha? Kita kan satu sekolah!" ucap anak laki-laki itu.
"Oh ya?" tanya gadis itu.
"Kamu dari kelas 3-2 kan? Aku dari kelas 3-3. Aku Kim Tae-woo," ucapnya.
"Maaf, sudah dua setengah tahun kita bersekolah di tempat yang sama, tetapi baru hari ini aku tahu namamu. Aku memang pernah melihatmu beberapa kali di sekolah. Tetapi, aku baru sadar kalau kamu yang sedang bersamaku ini adalah orang itu. Orang yang pernah aku lihat di sekolah," ucap gadis itu.
"Memangnya, sudah berapa lama kamu melihatku diam-diam di sekolah?" tanya anak laki-laki itu.
"Mungkin setahun," jawab gadis itu.

Anak laki-laki itu menatap wajah gadis itu. Anak itu ingin memastikan bahwa gadis yang ada bersamanya itu adalah gadis yang tahun lalu dilihatnta di dekat jalan itu. Waktu itu, hujan turun dan gadis itu sedang menangis sendirian. Lelaki itu ingin menyapanya dan memeberikan bahunya saat gadi itu sedang menangis. Tetapi, laki-laki itu tidak berani dan terus menatapnya dari tempat tersembunyi.

Kedua remaja itu menghabiskan waktu santai mereka dengan makan es krim bersama. Musim panas membuat kedai es krim laku keras. Banyak sekali yang datang, sampai-sampai kursi penuh semua.

"Ha-young!" tegus seseorang saat gadis itu sedang membawa nampan yang berisi semangkuk es krim pesanannya.
"Kim Dong-young? Mau apa kamu mendekatiku lagi?" tanya gadis itu.
"Beri aku satu kesempatan lagi," ucap laki-laki itu.
"Maaf, bukankah sudah aku katakan kepadamu berkali-kali? Aku bukanlah Ha-young yang sama seperti waktu dulu!" ucap gadis itu.

Tae-woo berjalan setelah melihat pertengkaran antara Ha-young dengan mantan kekasihnya. Kali ini, Tae-woo benar-benar ingin melindungi gadis itu.

"Kamu siapa? Kamu mau apa?" tanya Tae-woo dengan tegas. Tae-woo merangkul Ha-young di hadapan Dong-young.
"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu padamu!" ucap Dong-young.
"Gadis itu miliku!" ucap Tae-woo.
"Sungguh? Apakah ini alasanmu menolak diriku?" tanya Dong-young.
"Iya! Tae-woo, maafkan aku yang baru mengakui. Selama ini.... selama ini... selama ini aku menyukaimu diam-diam. Beberapa kali aku mengikutimu saat di sekolah. Apakah kamu marah padaku?" ucap gadis itu.
"Tentu saja tidak! Aku... aku juga menyukaimu diam-diam. Setelah aku secara tidak sengaja melihatmu sedang menangis sendirian di pinggir jalan, aku penasaran dan mencari tahu tentang dirimu, lalu mengikutimu. Aku pikir, cintaku hanyalah cinta sepihak," ucap Tae-woo.
"Lihat saja nanti! Suatu saat kemudian, aku yakin kalau kamu akan menyesal telah menolaku dan kamu akan mengemis kepadaku untuk menjalin hubungan lagi!" ucap Dong-young.
"Aku tidak akan pernah menyesali keputusanku padamu!" ucap Ha-young.

Ha-young dan Tae-woo berjalan ke tempat duduk yang baru saja kosong. Tae-woo merangkul Ha-young sebagai ungkapan perasaannya.

***

Ha-young dan Tae-woo berjalan bersama di sepanjang jalan tempatnya saling sapa beberapa waktu lalu. Tae-woo menggenggam erat tangan Ha-young yang lembut dan hangat.

"Apa rencanamu setelah lulua dari sekolah mengengah atas?" tanya Tae-woo.
"Aku? Aku ingin menjadi penulis yang handal dan dikenal banyak orang. Kelak, bukuku akan mendunia. Bagaimana denganmu?" tanya Ha-young.
"Ha-young, setelah lulus dari sekolah, aku akan berangkat ke Amerika. Aku punya kelainan jantung. Ibuku ingin aku dioperasi di sana. Pamanku yang tinggal di sana adalah seorang dokter jantung yang hebat. Aku tidak bisa menolak kemauan ibuku. Kalau boleh memilih, aku ingin tetap berada di kota ini bersamamu. Maafkan aku," ucap Tae-woo.
"Apa katamu? Sudah hampir satu bulan kita bersama, tetapi kamu baru mengatakan hal itu hari ini?" tanya Ha-young.
"Mianhae," ucap Tae-woo.

Ha-young berdiri di depan Tae-woo. Dipukulnya dada kiri dan kanan Tae-woo dengan kedua tangannya sambil menangis. Tae-woo membiarkan gadis itu memukul kedua dadanya.

"Kamu jahat! Kamu jahat!" ucap Ha-young. Ha-young berhenti memukul dada Tae-woo setwlah memukulnya berkali-kali.

Ha-young menangis di hadapan Tae-woo, orang yang dicintainya saat ini. Ha-young merasa tidak adil. Ha-young takut kehilangan Tae-woo.

Tae-woo memeluk tubuh Ha-young saat Ha-young menangis dengan keras. Tae-woo memeluk kepala Ha-young agar gadis itu dapat menghapus air matanya. Tetapi, gadis itu tetap menangis.

"Bagaimana kalau operasimu gagal? Operasi jantung beresiko tinggi kan?" ucap Ha-young.
"Kamu tenang saja! Aku pasti baik-baik saja disana," ucap Tae-woo.
"Lalu, apakah kamu masih ingin menjadi penyanyi?" tanya Ha-young.
"Tentu saja! Aku akan menulis laguku sendiri dan menyanyikannya. Aku ingin menyanyikannya untukmu," ucap Tae-woo.

Tae-woo melepaskan pelukan itu. Diraihnya kedua tangan Ha-young, direntangkannya kedua tangan gadis itu, lalu digenggamnya telapak tangan gadis itu. "Kamu mau kan menungguku di sini?" tanya Tae-woo.
"Apa maksudmu?" tanya Ha-young.
"Aku ingin kamu terus menungguku setiap musim panas. Aku akan kembali ke Seoul. Kalau operasiku berjalan lancar, aku pasti akan kembali," ucap Tae-woo.
"Sungguh?" tanya Hae-young.
"Iya!" ucap Tae-woo.
"Terima kasih," ucap Hae-young.

***

Tujuh tahun telah berlalu. Aku telah berhembus kesana kemari dan kembali ke kota Seoul, tepatnya di daerah Gangnam, tempat awal kisah mereka dimulai. Gadis itu, menunggu kedatangan kekasihnya yang sudah lama tidak berhubungan. Hari ini sudah tahun ke enam wanita itu menunggu. Menunggu dan terus menunggu.

"Aku dengar, hari ini penyanyi Tony Kim akan datang ke Seoul. Dia ingin kembali ke kampung halamannya," ucap seorang gadis yang berjalan di belakang tubuh Ha-young.
"Oh ya? Jam berapa pesawatnya tiba?" tanya temannya.
"Seharusnya Tony Kim oppa sedang dalam perjalan dari Incheon menuju Seoul," balas gadis lain.
Sebuah taksi berhenti di sudut jalan tempat Ha-young berdiri saat ini. Seorang pria bertubuh tinggi turun dari dalam taksi itu dan berjalan mendekat ke posisi Ha-young saat ini.
"Tony Kim!" teriak banyak gadis yang berlari dari sudut lain jalan itu.

Ha-young melihat wajah pria itu. Wajahnya sangat familiar. Apakah Tony Kim adalah orang yang selama ini ditunggu-tunggunya?

"Jung Ha-young!" ucap pria itu.

Ha-young memutar badannya. Ha-young menatap pria itu saat pria itu membuka topi yang dipakainya. Pria itu... suara itu...

"Bogoshipo," ucap Tae-woo sambil memeluk erat kekasihnya.
"Tae-woo," ucap Ha-young teharu.

Gerombolan gadis yang mengaku adalah fans dari Tony Kim berdiri mengelilingi Tae-woo dan Ha-young. Sebagai fans yang sopan, mereka tidak mengacaukan segala hal yang terjadi diantara kedua orang itu.

"Bogoshipo. Jeongmal boshiposo. Jeongmal mianhae," ucap Tae-woo.
"Untuk apa kamu minta maaf padaku?" tanya Ha-young.
"Kalau saja aku tidak sibuk, aku pasti sudah mengirim emal atau apapun kepadamu. Aku membuatmu menungguku selama enam tahun," ucap Tae-woo.
"Aku tidak peduli berapa lama aku harus menungumu. Aku yakin kalau operasimu sukses dan kamu menjadi penyanyi. Aku hampir tidak mengenali wajahmu karena gayamu berubah total pada foto-fotomu di internet maupun gaya aslimu. Kamu juga tidak menggunakan nama aslimu," ucap Ha-young.
"Sewaktu aku bersekolah di Amerika, aku memakai nama Tony Kim karena banyak temanku kesulitan memanggilku degan nama Tae-woo," ucap Tae-woo.
"Tae-woo, terima kasih telah kembali padaku hari ini," ucap Ha-young.
"Terima kasih telah menungguku selama ini. Ha-young, kamu tahu tidak kalau hari ini adalah hari perigatan pertama kali kita pacaran yang ke enam?" tanya Tae-woo.
"Tentu saja aku ingat!" ucap Ha-young.
"Setiap tanggal 24 Juni, aku selalu mengucapkan 'Happy Aniversary' sendirian. Makan kue sendirian dan berjalan-jalan di kota Los Angeles sendirian. Mulai sekarang, setiap tanggal itu aku akan mengajakmu pergi bersama," ucap Tae-woo.
"Lalu, bagaimana dengan kariermu? Apakah kamu akan kembali ke Amerika karena kamu adalah penyanyi disana?" tanya Ha-young.
"Kontraku sudah habis dan aku meminta kepada agensiku untuk memindahkanku ke agensi di Seoul," ucap Tae-woo.

Ha-young memeluk tubug Tae-woo sebagai tanda bahagia. Setelah mereka berpelukan, Tae-woo mencium bibir Ha-young di depan para fans. Para fans terharu dan senang.

"Bagaimana dengan karyamu? Apakah kamu berhasil menjadi penulis?" tanya Tae-woo.
"Aku sudah menerbitkan buku novel dan novel online. Novel terbaruku akan segera terbit bulan depan," ucap Ha-young.
"Kenapa masih bulan depan?" tanya Tae-woo.
"Karena... karena hari ini aku baru tahu bagaiamana akhir dari cerita itu. Novel itu bercerita tentang kita," ucap Ha-young.
"Benarkah? Apa judulnya?" tanya Tae-woo.
"I'm trapped in a summer love," ucap Ha-young.

Tae-woo menggenggam tangan Ha-young dan berjalan bersama menelusuri jalan itu. Keduanya menatap satu sama lain dan saling senyum. Para fans menatap dari jauh dan ikut merasa bahagia.

Dan lembaran barupun terbuka...

Inilah lanjutan cerita yang ditulis oleh Ha-young selama bertahun-tahun.

Aku harus berhembus ke tempat lain. Aku tidak akan mengikuti kisah dua orang itu karena takdir memintaku untuk berpindah tempat ke kota lain.


TAMAT 

0 Comments