Spring Love #4

Seoul, Mei 2012

Kang So-ra masih dalam masa pemulihan. Walaupun pada akhir bulan April dirinya sudah keluar dari rumah sakit, namun dirinya masih harus banyak istirahat. Kang So-ra diijinkan untuk mengikuti kuliah, tetapi tidak boleh terlalu lelah. Kepalanya masih dijahit, tangannya masih memakai alat penyangga lengan yang patah. Bermain piano menjadi hal yang sulit baginya.

Kang So-ra terpaksa mengulang mata kuliah yang membutuhkan bermain piano. Mata kuliah bahasa Inggris dan lainnya masih dapat diambilnya. Bersama Ji-hoon, dirinya memasuki kelas yang sama hari ini.

"Selamat pagi!" ucap profesor Lee.
"Selamat pagi!" jawab semua mahasiswa di kelas itu.
"Hari ini kita akan belajar mengenai bernyanyi secara duet. Sekarang, silahkan kalian mencari pasangan kalian untuk berlatih," ucap profesor Lee.
"Kang So-ra, mari berpasangan denganku!" ucap Kwon Seung-won.
"Sama aku saja!" ucap Ahn Bae-myung.
"Maaf Bae-Myung," ucap Kang So-ra.
"Kenapa?" tanya Bae-Myung.
"Ji-hoon, sini!" ucap So-ra.

Ji-hoon berjalan dari sudut ruangan menuju tengah ruangan. So-ra mengajaknya untuk menjadi pasangan duetnya. So-ra memilih Ji-hoon karena Ji-hoon adalah teman dekatnya.

"Kalian boleh mengaransemen lagu yang sudah ada atau membuat lagu baru," ucap profesor Lee.
"Ji-hoon, kita akan membawakan lagu apa?" tanya So-ra.
"Bagaimana kalau lagu yang pernah kita karang bersama?" tanya Ji-hoon.
"Ah, aku ingin membuat aransemen dari lagu yang sudah ada. Lagu yang pernah kita karang tidak terlalu bagus," ucap So-ra.
"Kalau begitu, lagu apa yang akan diaransemen?" tanya Ji-hoon.
"Apa ya? Kamu punya ide?" tanya So-ra.
"Ah! Bagaimana kalau kita membawakan lagu milik grup BTOB yang berjudul Remember That?" tanya Ji-hoon.
"Kenapa kamu memilih lagu itu?" tanya Soo-ra.
"Lagu itu lebih cocok untuk musim semi. Baca saja liriknya, maka kamu akan mengerti," ucap Ji-hoon.

Kang So-ra mengambil ponsel dari dalam tasnya. So-ra mencari lirik dari lagu milik grup BTOB itu dan membacanya.

"Jadi, lagu ini menceritakan tentang seseorang yang mencintai seorang gadis di musim semi dan orang itu hanya memikirkan gadis itu karena mereka tidak dapat bersama?" tanya So-ra.
"Yup! Nadanya juga menggambarkan keadaan dari liriknya," ucap Ji-hoon.
"Apakah kamu sedang merasakan hal seperti yang diceritakan oleh lagu itu?" tanya So-ra.
"Ah, tidak! Aku hanya senang memainkan lagu itu. Aku sudah pernah mencoba menyanyikan lagu itu sambil memetik gitar," ucap Ji-hoon.
"Baiklah, mari kita coba," ucap So-ra.

Chagaun gyejeoreun jinago bomi tto chajawatjyo
Ireoke sirin gyeoureul urin jal beotyeonaenneyo
Apeuro haeya hal geotdeureun neomu neomchyeonajiman
Gyejeorui pogeunhameuro tto igyeonaeyajyo

Remember that
Aju oraen sigani jinagatjyo
Eojeui chueogi naeireun
Geujeo ijhyeojigireul
Himgyeoun balgeoreumeul olmgijyo

"So-ra, coba kita aransemen di bagian tengahnya," ucap Ji-hoon.
"Oke!" ucap So-ra.

So-ra mengambil pensil. Ditulisnya not-not balok yang dinyanyikan oleh Ji-hoon satu per satu. Saat bernyanyi, Ji-hoon teringat akan sesuatu. Ji-hoon menyanyikan lagu ini sendiri di kamarnya karena teringat akan So-ra. Gadis yang disukainya tetapi tidak menyukai dirinya. Ji-hoon ingin melupakan semua kenangan, namun tidak bisa. Dirinya sudah terlalu lama bersama dengan So-ra.

Ji-hoon selalu memberikan perhatian kepada So-ra. Lebih sering bila dibandingkan dengan Ji-tae. Ji-tae lebih cuek dan lebih diam, sedangkan Ji-hoon lebih atraktif. Namun, Ji-hoon tahu bahwa Ji-tae sangat menyayangi gadis itu. Terlihat jelas dari tatapan matanya dan bagaimana Ji-tae mengkhawatirkan gadis itu sewaktu kecelakaan.

"Kelas hari ini selesai. Minggu depan kalian harus menunjukan apa yang sudah kalian siapkan hari ini," ucap Profesor Lee.

***

"Ji-tae oppa!" ucap beberapa mahasiswa tingkat satu.
"Oppa!" panggil seseorang.

Ji-tae sedang berjalan menuju kantin universitas. Beberapa adik kelas mendatanginya. Selain pintar, Ji-tae terkenal karena wajahnya yang lumayan manis. Begitu menurut para gadis yang melihatnya.

"Ji-tae!" teriak Min-ji.
"Apa?" tanya Ji-tae.
"Hei kalian! Menyingkirlah dari Ji-taeku!" ucap Min-ji di hadapan beberapa mahasiswa tingkat satu.
"Eonni, oppa pacar eonni?" tanya salah satu gadis.
Min-ji memegang tangan Ji-tae. "Kalian iri?" tanya Min-ji.
"Ah, kecewa deh, ternyata oppa sudah punya pacar," ucap beberapa gadis itu.
"Daah!" ucap Min-ji.

Min-ji menarik lengan Ji-tae dan berjalan ke arah kantin. Ji-tae berusaha untuk melepas pegangan tangan Min-ji.

"Min-ji!" ucap Ji-tae.
"Apa? Aku kan sudah membantumu agar kamu tidak dikejar oleh gadis-gadis itu!" ucap Min-ji.
"Tapi kamu berlebihan! Sejak kapan kita pacaran?" tanya Ji-tae.
"Sejak detik ini. Bagaimana?" tanya Min-ji.
"Apa? Maaf, jangan mendekatiku lagi," ucap Ji-tae.
"Tunggu!" ucap Min-ji.
"Sudah ya!" ucap Ji-tae.

Ji-tae berjalan menuju kantin. Dari belakang, Min-ji mengikutinya. Ji-tae tetap berjalan walaupun dirinya tahu ada orang yang mengikutinya dari belakang.

"So-ra, sudah lama menunggu?" tanya Ji-tae.
"Ah, baru lima menit kok!" ucap So-ra.
"Dimana Ji-hoon?" tanya Ji-tae.
"Sedang ke perpustakaan sebentar. Nanti dia akan datang kesini," ucap So-ra.
"Ji-tae!" ucap Min-ji.
"Sudah aku bilang kalau aku tidak ingin bersamamu! Oiya, perkenalkan. Ini So-ra, pacarku," ucap Ji-tae.
"Apa?" tanya Min-ji.
"Aaaappaaa?" ucap So-ra kaget.
"Sayang, mau pesan makanan apa? Bulgogi? Ramyun?" tanya Ji-tae sambil merangkul So-ra.

BRUK!

Ji-hoon menjatuhkan buku yang dibawanya dari perpustakaan karena dia terkejut. Tiba-tiba dia mendengar pengakuan bahwa So-ra menjadi pacar dari Ji-tae.

"Ji-tae, jangan sentuh aku!" ucap So-ra.
"So-ra?" ucap Ji-tae.
"Aku bukan pacarmu!" ucap So-ra.

Kang So-ra berlari meninggalkan kantin kampus. Dirinya terkejut akan pengakuan itu. Hal ini terlalu mendadak baginya. Dirinya belum pernah mendengar pengakuan seperti ini.

"So-ra!" ucap Ji-hoon.
"Ji-hoon, mari kita makan siang bersama di meja yang lain!" ucap So-ra.
"Pergilah dengan Ji-hoon jika kamu lebih menyukainya!" ucap Ji-tae.

So-ra menarik tangan Ji-hoon dan mengajaknya untuk duduk di meja yang lain. Ji-tae tetap duduk pada tempat sebelumnya.

***

So-ra menjalani hari demi hari tampa berbicara dengan Kim Ji-tae. Sudah satu minggu sejak hari pengakuan itu. Sebenarnya, bukannya So-ra tidak menyukai Ji-tae, tetapi karena pengakuan itu keluar secara tiba-tiba tanpa persetujuannya.

"So-ra, hari ini kita harus mendapatkan nilai yang bagus!'' ucap Ji-hoon.
"Semangat!" ucap So-ra.
"Semangat!" ucap Ji-hoon.

Ji-hoon berdiri sambil memegang gitar miliknya. So-ra memegang semebar kertas yang berisi lirik lagu yang akan dinyanyikannya.

Bomnarui bamgonggireul masimyeo
Bombarame nae mameul dallaeboda
Seupgwancheoreom georeotdeon georieneun
Apeun gyejeorui hyanggiman nama geunyeoga
Jakkuman jakkuman saenggagina
Nunmuri naneyo nunmulman naneyo
Remember that

"Nice arrangement!" puji profesor Lee.
"Terima kasih!" ucap So-ra dan Ji-hoon dihadapan profesor Lee.
"Kelas hari ini selesai. Pasangna yang mendapatkan nilai tertinggi adalah pasangan Kim Ji-hoon dan Kang So-ra," ucap Professor Lee.
"Terima kasih!" ucap So-ra dan Ji-hoon dihadapan profesor Lee.

Setelah kelas berakhir, So-ra dan Ji-hoon berjalan menuju kantin karena sekarang sudah waktunya makan siang.

"So-ra, kenapa kamu menghindari kakakku?" tanya Ji-hoon.
"Ji-hoon, aku tidak ingin bicara dengannya. Aku tidak suka dia mengatakan hal itu secara mendadak tanpa persetujuan dariku," ucp So-ra.
"So-ra, kembalilah padanya!" ucap Ji-hoon.
"Kenapa?" tanya So-ra.
"Sebenarnya, Ji-tae sangat menyayangimu. Sudah bertahun-tahun sejak kita bertiga masih menjadi murid di sekolah tinggi. Walaupun aku menyukaimu, tetapi rasa sayang kakak kembarku terhadapmu sangat besar. Dia rela menderita hanya untuk menyelamatkanmu waktu itu. Dia yang sangat khawatir padamu. Dia yang mengecup keningmu saat kamu masih tidak sadarkan diri. Dia yang memeluk erat tubuhmu sewaktu dia tahu bahwa kamu mengalami rasa sakit yang begitu hebat. Dia yang memilihkanmu sepatu cokelat. Dia yang mengajarimu berenang pertama kali. Dia yang mengajakmu pergi ke taman Yeouido pertama kali. Dia yang melihat dirimu pertama kali saat keluargaku membeli rumah di jalan yang sama dengan rumahmu. Dia yang...." ucap Ji-hoon.
"Apakah semua itu benar?" tanya So-ra.
"So-ra, sekarang tatap mataku dan jawab dengan jujur. Sewaktu kamu mabuk di bulan Maret, Ji-tae menggendongmu sampai ke rumah. Di perjalanan, kamu terus mengatakan saranghae. Siapa pria yang kamu sayangi? Aku atau kakak kembarku?" tanya Ji-hoon.
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu," ucap So-ra sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.
"So-ra, tidakkah kamu menyukai hyung? Bukankah kamu ingin membelikannya hadiah kepadanya waktu itu? Aku masih ingat semua yang kamu katakan tentnagnya. Bagaimana kamu menatapnya berbeda dengan bagaimana kamu menatapku. Sebelum terlambat, akui saja semua perasaanmu padanya," ucap Ji-hoon.
"Haruskah aku mengkaui semuanya?" tanya So-ra.
"Jangan membuat Ji-tae menunggu atau diambil wanita lain. Dia sudah menunggumu begitu lama," ucap Ji-hoon.
"Baiklah," ucap So-ra.

***

Hari ini adalah akhir dari musim semi. Kemarin, tangan So-ra sudah sembuh dan sudah bebas. Dirinya dapat bermain piano atau menggunakan tangannya untuk beraktivitas seperti sebelumnya. So-ra sangat senang.

Kim Ji-tae
So-ra, mianhae. Temui aku sore ini di taman Yeouido

So-ra membaca pesan itu. Beribu keraguan muncul dari dalam dirinya. Apakah dirinya akan diterima oleh Ji-tae? Ataukah dirinya tetap menyembunyikan perasaannya selama ini?

Dengan keberaniannya, So-ra melangkahkan kedua kakinya menuju halte bus. So-ra menaiki bus yang melaju ke arah taman itu. Sesampainya di taman itu, So-ra duduk di salah satu kursi kosong.

"So-ra," ucap Ji-tae.
"Ji-tae," ucap So-ra.
"So-ra, maafkan aku! Aku sangat menyesal. Aku tidak meminta persetujuanmu," ucap Ji-tae.
"Ji-tae, apakah aku terlambat bagimu? Aku....aku mencintaimu sejak beberapa tahun yang lalu. Aku bukanlah anak kecil yang kamu kenal lagi. Seiring berjalannya waktu, perasaanku berubah dan aku dapat merasakan apa itu persahabatan dan rasa cinta. Saranghae....." ucap So-ra.
"Tidak! Kamu tidak pernah terlambat. Sampai kapanpun aku selalu menunggumu. Bahkan, jika kamu tetap menjauhiku selamanya, aku tetap akan menunggumu sampai tiba saatnya. Selama ini, aku juga menyembunyikan perasaanku. Aku minta maaf," ucap Ji-tae.
"Harusnya, aku yang minta maaf padamu," ucap So-ra.
"So-ra, jadi sebenarnya ucapan yang keluar dari mulutmu di malam hari saat aku menggendongmu adalah ucapan untukku?" tanya Ji-tae.
"Ya, semua itu untukmu! Aku sadar kalau aku tidak sengaja mengatakannya di hadapanmu. Aku pikir, aku hanya bermimpi. Ternyata, aku benar-benar pernah mengatakan hal itu di hadapanmu. Maafkan aku telah membuatmu menjadi bingung selama ini," ucap So-ra.
"Tidak apa-apa," ucap Ji-tae.
"Ji-tae, bisakah kamu mengusap poniku persis seperti sewaktu di rumah sakit? Waktu itu aku masih tak sadarkan diri. Aku tidak tahu bagaimana rasanya diusap seperti waktu itu," ucap So-ra.

Kim Ji-tae mengusap poni So-ra dan memluknya. Setelah selesai berpelukan, Ji-tae memegang sepeda yang dipakainya sebelum bertemu dengan So-ra.

"Ayo naik sepeda!" ucap Ji-tae.
"Ji-tae, kamu kan tahu kalau aku tidak bisa mengendarai sepeda. Aku pernah jatuh dari sepeda dan tidak ingin menaikinya lagi," ucap So-ra.
"Mulai sekarang, aku akan mengajarimu. Jadi, kamu jangan takut lagi," ucap Ji-tae.
"Terima kasih Ji-tae!" ucap So-ra.

Ji-hoon melihat Ji-tae dan So-ra dari kejauhan. Pria itu tersenyum bahagia melihat kakak kembarnya dan teman dekatnya itu bahagia dan bermain bersama.

TAMAT


0 Comments