Spring Love #3


Hari ini adalah hari kedua bagi Ji-tae dan So-ra untuk mendapat perawatan di rumah sakit Seoul. Ji-tae sudah bangun lebih awal karena perawat mengecek tekanan darahnya. Setelah menyantap sarapannya, dirinya berjalan secara cepat menuju ruang nomor 302.

Di dalam kamar itu, nyonya Jung duduk di samping kasur tempat So-ra terbaring. Sudah sejak tadi nyonya Jung datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan anak satu-satunya.

"Oh, Ji-tae! Silahkan masuk," ucap ibu So-ra.
"So-ra masih belum sadarkan diri?" tanya Ji-tae.
"Belum," jawab ibu So-ra.
"Ibu kelihatan lelah sekali. Ibu pulang saja, biar aku yang menjaganya," ucap Ji-tae.
"Bukankah kamu masih harus banyak istirahat?" tanya ibu So-ra.
"Eh? Kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu ya!" ucap Ji-tae.
"Sebentar lagi aku akan pergi ke toko," ucap ibu So-ra.
"Ibu tenang saja! Aku sudah memanggil Chae-rin. Setelah jam kuliah, Chae-rin akan datang," ucap Ji-tae.
"Terima kasih banyak ya!" ucap Ji-tae.

Ji-tae keluar dari kamar nomor 302 dan langsung kembali ke kamar 305, tempat dirinya dirawat. Ji-tae tidak ingin dikejar oleh suster Oh seperti kemarin malam.

Ji-tae duduk di atas kasur tempat dirinya dirawat. Ji-tae membuka tas besar yang dibawakan oleh ayahnya tadi pagi. Di dalam tas itu, terdapat sebuah headphone. Ji-tae ingin mendengarkan musik yang tersimpan di dalam ponselnya.

Ji-tae mendengarkan salah satu lagu karangan Kang So-ra. Lagu itu berjudul Sakura. Setahun yang lalu, Kang So-ra menulis lagu itu sendirian. Kang So-ra menyukai suasana musim semi dan bunga Sakura. Hal itu yang membuat dirinya mengarang lagu dengan judul Sakura. Diam-diam Ji-tae merekam lagu itu saat So-ra memainkan lagu itu di rumahnya.

Nadanya yang ceria menggambarkan perasaan seseorang yang sedang mekar seperti bunga Sakura yang mekar pada musim semi. Perasaan bahagia yang tergambar dalam lagu itu mengingatkan Ji-tae akan sosok So-ra yang ceria. Hal itu yang membuat dirinya semakin jatuh cinta kepada So-ra.

Flashback
April 2011

Kang Sora duduk di atas kuris piano. Piano sudah terbuka dan dirinya memainkan nada-nada baru yang diciptakannya. Lagu itu sagat gembira, mencerminkan suasana musim semi yang gembira.

"Bagus sekali lagunya!" ucap Ji-tae.
"Lagu ini akan aku beri judul Sakura. Kamu tahu kan kalau aku menyukai bunga sakura dan musim semi?" ucap So-ra.
"Iya, aku tahu! So-ra, tahun depan kita pergi ke festival musim semi yuk!" ucap Ji-tae.
"Kenapa tahun depan? Kenapa tidak tahun ini saja?" tanya So-ra.
"Maaf, tahun ini ujian lab diadakan sehari setelah festival itu. Aku harus belajar agar aku tetap mempertahankan beasiswaku," ucap Ji-tae.
"Tidak apa- apa. Walaupun seratus tahun kedepan, aku akan tetap pergi ke festival musim semi denganmu. Kamu adalah teman dekatku," ucap So-ra.
"Mari pergi bertiga tahun depan!" ucap Ji-hoon dari depan rumah So-ra.
"Iya, tahun depan kita sama-sama pergi ke festival itu ya!" ucap Ji-tae.
"Janji?" tanya So-ra.
"Iya!" ucap Ji-tae.
"Hyung, aku sudah membeli minumannya," ucap Ji-hoon.
"Terima kasih!" ucap Ji-tae.

***

"Hai Kim Ji-tae! Bagiamana keadaanmu? Sudah sembuh?" ucap Jung Min-ji.
"Jung Min-ji! Sedang apa kamu disini?" tanya Ji-tae.
"Aku mengkhawatirkanmu! Aku tidak melihatmu di kelas," ucap Min-ji.
"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Ji-tae.
"Sepupuku satu kelas dengan Ji-hoon. Ya, aku bisa menyuruh Chae-rin untuk mencuri informasi darinya dan meminta Chae-rin untuk melaporkan padaku," ucap Min-ji.

Min-ji meletakan sebuah kantong di atas meja kecil. Dikeluarkannya sebuah kotak makan dan dibukanya kotak itu.

"Ini, aku bawakan bulgogi untukmu!" ucap Min-ji. Min-ji meraih tangan kanan Ji-tae dan memberikan sendok padanya.

"Pergi!" ucap Ji-tae.
"Ji-tae...." ucap Min-ji.
"Aku tidak butuh makanan darimu. Ak utidak butuh perhatianmu," ucap Ji-tae.
"Kenapa? Tidak bisakah kamu melihat diriku sebagai wanita?" tanya Min-ji.
"Tolong pergi! Aku ingin istirahat," ucap Ji-tae.
"Baiklah! Aku rapihkan semuanya dan aku bawa keluar!" ucap Min-ji kesal.

Saat Min-ji meninggalkan ruang nomor 305, saat itu juga Kim Ji-hoon masuk ke dalam kamar itu. Ji-hoon mengunjungi kakak kembarnya.

"Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Ji-hoon.
"Sudah lebih baik," ucap Ji-tae.
"Sudah melihat dia?" tanya Ji-hoon.
"Sudah! Dia masih tak sadarkan diri," ucap Ji-tae.
"Barusan aku lihat Chae-rin di depan kamar 302," ucap Ji-hoon.
"Aku mengabari Chae-rin," ucap Ji-tae.
"Apakah nyonya Jung sudah berangkat ke tokonya?" tanya Ji-hoon.
"Sepertinya sudah," ucap Ji-tae.
"Baiklah, aku ingin melihat So-ra dulu," ucap Ji-hoon.
"Tunggu! Aku mau ikut," ucap Ji-tae.
"Tidak cukupkah hyung melihat dia tadi pagi?" tanya Ji-hoon.
"Aku sangat khawatir padanya. Bagaimana jika dia tidak akan bangun lagi?" ucap Ji-tae.
"Tidak mungkin! So-ra pasti akan bangun," ucap Ji-hoon.
"Setidaknya, aku ingin melihat dia bangun sekali saja. Aku ingin mengatakan sesuatu padanya sebelum dia mengakhiri hidupnya," ucap Ji-tae.

Ji-hoon dan Ji-tae berjalan menuju kamar nomor 302. Di dalam kamar itu ada Chae-rin yang sedang memegang tangan kiri So-ra.

"Annyeohaseyo!" ucap Chae-rin.
"Chae-rin, terima kasih sudah mau mengunjungi So-ra. Ibu So-ra harus menjaga tokonya," ucap Ji-hoon.
"Tidak apa-apa," ucap Chae-rin.
"Hyung, hyung tidak ingin dikejar suster Oh lagi?" tanya Ji-hoon.
"Biarkan saja," ucap Ji-tae.

Ji-tae dan Ji-hoon berdiri di samping kasur tempat So-ra terbaring. Che-rin duduk di kursi yang terletak di samping kasur itu. Ketiganya masih menunggu So-ra yang belum sadarkan diri.

Ji-tae merasa seseorang memegang lengannya. Ji-tae merasakan ada sentuhan lembut dari seseorang. Ji-tae kenal dengan sentuhan itu. Tangan halus itu akhirnya menyentuh tubuhnya setelah beberapa waktu lalu.

"Ji-tae!" ucap So-ra.
"So-ra!" ucap Ji-tae kaget.
"So-ra, akhirnya!" ucap Chae-rin.

Ji-tae mendekat ke arah So-ra dan memeluk tubuh So-ra. Chae-rin memanggil suster saat itu juga.

"Suster Oh, So-ra sudah sadar!" ucap Chae-rin.

Suster Oh dan dokter Baek langung berjalan menuju ruang 302 untuk mengecek keadaan So-ra. So-ra akhirnya sadarkan dirinya di hadapan teman-temannya. Ji-hoon langsung memberi kabar kepada ibu So-ra.

"Walaupun So-ra sudah sadarkan diri, So-ra masih perlu perawatan ekstra. Benturan di kepalanya belum sembuh sepenuhnya. Kalaupun saya memperbolehkan dirinya untuk pulang, So-ra tetap harus banyak istirahat di rumah. Ada sedikit gangguan kecil di otaknya. Kecil sekali, tapi tetap harus hati-hati. Kita tidak tahu apakah di masa depan So-ra akan mengalami trauma atau gangguan otak," ucap dokter Baek saat ditemui oleh ibu So-ra di ruangannya.

"Eomma, aku rasa aku harus mengulang beberapa mata kuliah karena kecelakaan ini," ucap So-ra.
"Tidak apa-apa So-ra. Yang penting, kamu cepat sembuh. Eomma akan bekerja keras untuk membiayai kuliahmu. Uang yang ditinggalkan appa masih cukup untuk biaya perawatanmu," ucap ibu So-ra.
"Terima kasih eomma!" ucap So-ra sambil memeluk ibunya.
"So-ra!" teriak Ji-tae saat membuka pintu kamar nomor 302.
"Ji-tae...." ucap So-ra.
Ji-tae mengusap-usap poni So-ra. "Kamu masih harus banyak istirahat," ucap Ji-tae.
"Iya, aku tahu itu! Dokter sudah memberitahu kepadaku," ucap So-ra.
"So-ra, eomma mau pergi ke kantin sebentar ya!" ucap ibu So-ra.
"Ji-tae, maafkan aku," ucap So-ra.
"Maaf karena apa?" tanya Ji-tae.
"Aku dengar, kamu masuk rumah sakit karena ingin melindungiku. Aku dengar, kamu juga pingsan setelah dipukul. Selain itu, maafkan aku karena tahun ini kita tidak bisa datang ke festival musim semi karenaku. Aku masih belum pulih sepunuhnya. Maafkan aku," ucap So-ra.
"Tidak apa-apa! Aku tidak akan marah padamu. Semoga tahun depan kita bisa pergi ke festival musim semi," ucap Ji-tae.
"Aku rasa, aku juga harus mengulang beberapa mata kuliahku," ucap So-ra.
"Aku tahu ini berat bagimu. Tapi, yang penting kamu bahagia dulu," ucap Ji-tae.
"Iya," ucap So-ra.
"So-ra, apakah aku terlambat untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukmu? Dua hari yang lalu adalah hari ulang tahunmu. Aku sebenarnya sudah menyiapkan kejutan, tetapi semua itu batal karena kecelakaan itu," ucap Ji-tae.
"Tidak apa-apa," ucap So-ra.
"Saengil chukkae!" ucap Ji-tae.
"Apa ini?" tanya So-ra.
"Hadiah ulang tahun untukmu. Sudah lama aku membelinya, tapi aku baru memberikannya padamu," ucap Ji-tae.

So-ra membuka kotak kecil itu. Dipegangnya sebuah kalung yang ada di dalam kotak itu. Kalung itu tertulis nama S-O-R-A.

Ji-tae meraih kalung itu, mengeluarkan kalung itu, lalu memakaikan kalung itu pada leher So-ra. Diam-diam, So-ra tersenyum bahagia karena kalung itu.

Dari luar kamar, Ji-hoon melihat dengan jelas semuanya. Ji-hoon melihat Ji-tae memakaikan kalung itu pada leher So-ra. Kalung yang sudah lama dibelinya dan disembunyikannya di laci kamar mereka akhirnya sampai pada penerima yang sebenarnya.

Ji-hoon kembali menyembunyikan bunga yang dipegangnya dari tadi. Ji-hoon tidak jadi memberikan bunga itu karena dirinya melihat Ji-tae yang terlihat sangat menyayangi So-ra. Ji-tae tidak pernah memberi barang spesial untuk So-ra sebelumnya. Bahkan, Ji-hoon tidak pernah menunjukan perhatiannya yang menunjukan adanya perasaan melebihi perasaan seorang teman.

Sekali lagi Ji-hoon melihat kamar itu. Ji-tae masih berada di dalam kamar itu. Dengan keberanian, Ji-hoon membuka pintu kamar itu.

"Saengil chukkae!" ucap Ji-hoon.
"Terima kasih Ji-hoon!" ucap So-ra.
"Ini, ada bunga sakura dariku untukmu. Maaf, aku tidak sempat untuk memberikan kado yang mahal dan lebih berharga daripada bunga sakura yang aku petik tadi pagi," ucap Ji-hoon.
"Tidak apa-apa! Aku suka sekali bunga sakura. Wah, cantiknya!" ucap So-ra.
"Terima kasih sudah mau tersenyum," ucap Ji-hoon.
"Ji-hoon, maaf tahun ini kita tidak jadi pergi ke festival musim semi karena keadaanku," ucap So-ra.
"Mari kita lakukan tahun depan saja! Ji-tae, tadi Jung Min-ji meninggalkan bunga mawar di kamarmu," ucap Ji-hoon.
"Buang saja!" ucap Ji-tae.
"Kenapa?" tanya Ji-hoon.
"Aku tidak suka padanya," ucap Ji-tae.
"Bukannya dia manis?" tanya So-ra.
"Aku hanya menyukai satu orang," ucap Ji-tae.
"Ji-tae, kenapa kamu pergi dari kamarmu? Sudah saatnya pemeriksaan sore hari!" ucap suster Song.
"Maaf membuatmu mencarku kesini. Baiklah, aku harus kembali ke kamarku. So-ra, mengobrolah dengan Ji-hoon," ucap Ji-tae.
"Oke!" ucap So-ra.

***

"So-ra, kenapa diam saja?" tanya Ji-hoon.
"Aku hanya bingung," ucap So-ra.
"Kenapa?" tanya Ji-hoon.
"Ada banyak hal," ucap So-ra.
"Jangan cemberut begitu!" ucap Ji-hoon.

So-ra terdiam di atas kasur kamar 302. Ji-hoon memperhatikan So-ra yang sedang cemberut. Tiba-tiba, Ji-hoon punya ide bagus untuk membuat So-ra tersenyum.

"So-ra, mau melihat sesuatu yang lucu?" tanya Ji-hoon.
"Apa itu?" tanya So-ra.

Ji-hoon berdiri dari kursi yang didudukinya. Ji-hoon menyanyikan lagu beruang (lagu anak-anak kahs korea) dan menari dengan gaya khasnya.

Gom semariga
han chibeyiso
appa gom
omma gom
aegi gom
appa gommun tung-tung-hae
omma gommun nalsinhae
ae-gi gommun na bulgwiyowo
hishuk hishuk charhanda

So-ra tertawa terbahak-bahak setelah melihat Ji-hoon menari sambil menyanyikan lagu beruang di hadapannya. Gerakan yang diciptakan oleh Ji-hoon benar-benar mirip dengan gerakan Lee Young-jae dalam drama full house.

"Benar-benar mirip gerakan dari drama full house," ucap So-ra.
"Lucu kan?" tanya Ji-hoon.
"Iya, lucu kok!" ucap So-ra.
"Permisi nona So-ra! Waktunya makan malam," ucap suster Song.
"Silahkan masuk!" ucap So-ra.

Suster Song meninggalkan makanan di atas meja kecil di samping kasur tempat So-ra berbaring. Ji-hoon meletakan makanan itu di aras meja yang ditarik dari pinggir ranjang.

"Selamat makan!" ucap Ji-hoon.
"Kamu tidak makan?" tanya So-ra.
"Tenang saja, aku sudah membawa makanan dari rumah. Kita bisa makan bersama di kamar ini sekarang," ucap Ji-hoon.

So-ra meraih sendok yang diberikan oleh Ji-hoon. Seketika tangan So-ra kembali sakit seperti tadi siang.

"Awwww!" ucap So-ra.
"Ada apa So-ra?" tanya Ji-hoon.
"Tangnaku masih terasa sakit," ucap So-ra.
"Sini sendoknya!" ucap Ji-hoon.

Ji-hoon meraih sendok yang dipegang oleh So-ra. Ji-hoon menyuapi temannya yang merasa sakit itu. Perlahan, So-ra membuka mulutnya. Walaupun terasa sedikit sakit, namun mulut So-ra masih dapat mengunyah makanan sedikit demi sedikit.

Dari luar pintu kamar nomor 302, Ji-tae melihat Ji-hoon yang sedang menyuapi So-ra. Ji-tae iri pada adik kembarnya karena dirinya ingin sekali menyuapi So-ra yang terbaring di kamar itu.

Setelah lima menit berdiri di depan pintu kamar itu, Ji-tae membuka pintu kamar itu. So-ra tampak bahagia seketika.

"So-ra," ucap Ji-tae.
"Ji-tae, duduk sini!" ucap So-ra sambil memberikan sedikit bagian kasurnya untuk Ji-tae. Ji-hoon menurunkan sendok yang dipegangnya.
"Lanjutkan saja makannya!" ucap Ji-tae.
"Kamu sudah makan?" tanya So-ra.
"Sudah," ucap Ji-tae.
"Ji-hoon, aku kenyang!" ucap So-ra.
"Ada apa? Kenapa sedikit sekali makannya?" tanya Ji-tae.
"Iya, kenapa?" tanya Ji-hoon.
"Aku tidak ingin makan banyak-banyak," ucap So-ra.

Ji-hoon meletakan piring dan sendok di atas meja kecil di samping kasur. Ji-tae mengambil sebuah gitar yang dibawa oleh Ji-hoon dari rumah. Tangannya memetik semua senar secara bergantian. Dimainkannya lagu karangan milik So-ra yang berjudul Sakura.

"Wah, kamu bisa memainkan lagu karangnaku?" tanya So-ra.
"Aku diam-diam merekam lagumu dan belajar untuk memainkannya menggunakan gitar ini. Aku kan tidak bisa bermain piano," ucap Ji-tae.
"Ji-tae, mainkan lagu yang lain," ucap So-ra.
"Baiklah!" ucap Ji-tae.

Ji-tae kembali memetik gitarnya. Dimainkannya lagu berjudul Sing for You milik boyband Exo. Tiba-tiba Ji-hoon ikut bernyanyi bersama dengan Ji-tae,

Nae nargeun gitareul deureo haji mothan gobaegeul
Hogeun gojipseuresamkin iyagireul
Norae hana mandeun cheok jigeum malharyeo haeyo
Geunyang deureoyo I'll sing for you

Neomu saranghajiman saranghanda mal an hae
Eosaekhae jajonsim heorak an hae
Oneureun yonggi naeseo na malhal tejiman
Musimhi deureoyo I’ll sing for you

The way you cry, the way you smile
Naege eolmana keun uimiin geolkka?
Doraseomyeo huhoehaetdeon mal
Sagwahal tejiman geunyang deureoyo
I'll sing for you, sing for you
amureohji anheun cheokhaeyo

Ketiganya tertawa bersama setelah Kim Ji-tae dan Kim Ji-hoon selesai menyanyikan lagu itu untuk So-ra.

BERSAMBUNG.....

0 Comments