Sakura #4

Hari ini Kei sedikit terlambat. Kei tertinggal bis karena melihat antrian penumpang yang padat. Kei terpaksa menunggu bis lainnya.

Kei bergegas menuju ruang prakteknya. Hari ini, aada praktek mulai pukul sepuluh pagi. Lima menit lagi waktu akan menunjukan pukul sepuluh pagi.

"Ahhh!" ucap Kei.

Kei terus berlari. Tanpa disadari, dirinya terus berlari dan menabrak seseorang yang tidak dilihatnya. Orang itu adalah Nori.

"Maaf!" ucap Kei.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Nori.
"Aduh, isi tasku berantakan," ucap Kei.
"Mau aku bantu?" tanya Nori.

Nori membantu Kei membereskan isi tas Nori. Nori mengambil beberapa barang yang jatuh, yaitu lipstick, bedak, tisu, dan selembar foto yang robek.

Nori kaget setelah melihat potongan foto yang robek itu. Foto itu persis sama dengan foto yang ditunjukan oleh Ren kemarin siang. Mungkin, bila dipasangkan, foto itu akan menyatu dengan sempurna.

Diam-diam Nori mengambil foto itu dan memasukan ke dalam saku jasnya. Kei mengangkat tasnya dan langsung menuju ruang prakteknya.

"Terima kasih Nori!" ucap Kei.
"Sama-sama," jawab Nori.

Kei berjalan menuju ruang praktek, lalu Nori duduk sebentar di kursi tunggu rumah sakit. Nori menunggu kedatangan Ren. Ren mengatakan bahwa dirinya akan datang ke rumah sakit untuk menemui Nori.

"Nori!" panggil Ren.
"Ada apa Ren?," ucap Nori.
"Foto kepalaku sekarang juga!" ucap Ren.
"Kenapa? Bukankah kemarin aku baru saja memfoto isi kepalamu?" tanya Nori.
"Cepat! Ada yang ingin aku ketahui," ucap Ren.
"Ada apa?" tanya Nori.
"Aku... aku ingat dimana aku mengalami kecelakaan. Aku mengalami kecelakaan itu di deka sungai Sumida," ucap Ren.
"Jadi, kamu sudah ingat masa lalumu?" tanya Nori.
"Aku ingat sedikit. Aku ingat kalau aku punya teman dekat dan cinta pertamaku," ucap Ren.
"Tenang dulu Ren! Bagaimana kalau kita pergi minum teh di kantin?" tanya Nori.
"Bolah," ucap Ren.

Ren dan Nori berjalan menuju kantin. Nori memesan dua gelas teh untuk dirinya dan Ren. Ren duduk sambil memegang robekan foto yang selama ini masih disimpannya.

"Aku yakin kalau orang yang ada di dalam foto ini adalah cinta pertamaku. Andai saja foto ini tidak dirobek," ucap Ren.
"Kamu mau aku bantu?" tanya Nori.
"Memangnya, kamu bisa mendapatkan pasangan dari foto yang hilang ini?" tanya Ren.
"Aku..." ucap Nori.

Nori memasukan tangannya ke dalam saku jas putihnya. Dipegangnya pasangan foto yang robek itu. Nori ragu-ragu. Dia tidak tahu apakah dia harus memberikan pasangna dari foto itu ataukah dia harus menyimpan rahasia yang diketahuinya secara diam-diam?

"Ada apa Nori?" tanya Ren.
"Ini," ucap Nori.

Nori memberikan pasangan foto yang diambilnya diam-diam. Diberikannya pasangan foto itu kepada Ren. Ren mencocokan bagian itu dan ternyata pas.

"Siapa orang ini?" tanya Ren.
"Kamu masih belum ingat?" tanya Nori.
"Aku seperti pernah melihat orang ini. Belum lama ini," ucap Ren.
"Ren..." ucap Nori.
"Ya?" tanya Ren.
"Ren, aku mendapat sebuah pesan. Ada pasien mendadak di ruang gawat darurat. Korban kecelakaan. Aku harus pergi dulu," ucap Nori.
"Baiklah! Sayonara," ucap Ren.

***

"Ibu dokter, kapan lukaku akan sembuh?" tanya Hikari, gadis kecil yang menjadi pasien di ruang praktek Kei.
"Dua hari lagi juga sembuh," ucap Kei sambil tersenyum.
"Dokter, aku takut melihat luka," ucap Hikari.
"Kamu tidak perlu takut," ucap Kei sambil memberikan obat luka pada tangan Hikari yang terluka.
"Sudah selesai?" tanya ibu dari Hikari.
"Sudah," ucap Kei.
"Terima kasih!" ucap Hikari.

Setelah Hikari meninggalkan ruang praktek Kei, Kei mengambil tas yang dibawanya hari ini. Kei melihat isi dari tas itu. Kei merasa ada sesuatu yang hilang.

"Dimana ya? Sepertinya aku tidak pernah mengeluarkannya dari dalam tas ini," ucap Kei.
"Dokter Saito, apakah ada barang yang hilang?" tanya suster Ishikawa.
"Ah, bukan apa-apa kok," ucap Kei.
"Di luar sudah tidak ada pasien yang menunggu lagi," ucap suster Ishikawa.
"Setelah jam istirahat selesai, kita akan keliling ke ruang rawat anak-anak ya!" ucap Kei.
"Baik!" ucap suster Ishikawa.

Kei keluar dari ruang prakterknya. Dikuncinya ruang praktek itu, lalu dimasukannya kunci ruang itu ke dalam saku jasnya. Kei berjalan menuju kantin.

"Kei?" tanya Nori.
"Nori?" tanya Kei.
"Kamu kelihatan sedang bingung," ucap Nori.
"Hmm... Sesuatu hilang dari dalam tasku," ucap Kei.
"Benda apa itu?" tanya Nori.
"Foto. Aku menyimpan sebuah foto yang robek. Entahlah, mungkin jatuh di jalan atau di rumah," ucap Kei.
"Kei, aku pergi dulu ya!" ucap Nori.
"Baiklah!" ucap Kei.

***

Ren duduk di studio foto tempat dirinya bekerja. Dipandanginya sebuah foto yang telah diberi lem. Ren memikirkan foto itu dalam-dalam. Ren sangat penasaran dengan gadis itu.

Karena sangat penasaran, Ren mencoba pergi ke gudang tempat menaruh barang-barang lama. Disitu terdapat sebuah kardus kecil miliknya. Semenjak dirinya menempati apartemen ini bersama kakak tirinya, Ren tidak pernah membuka kardus itu. Bahkan, bukan dirinya yang membawakan kardus itu, melainkan kakak tirinya.

Ren membuka kardus itu. Di dalam kardus itu ada beberapa lembar foto tentang dirinya. Selain itu, terdapaf film hasil foto dan sebuah kaset hasil rekaman video, lalu ada selembar kertas yang merupakan tulisan tangan milik orang lain.

Untuk Michi Shimizu

Selamat ulang tahun yang ke sebelas!
Aku akan selalu menjadi temanmu sampai kapanpun
Tolong jangan nakal ya!

Dari temanmu, Kei Saito.

p.s: kapan kamu akan memberikanku bunga Sakura?

Ren menjatuhkan kardus kecil yang dipegangnya. Ren sangat kaget. Ternyata, Ren bukan nama aslinya, melainkan Michi Shimizu.

Ren duduk di pinggir ruang kecil itu. Ren sedikit menangis. Ren menangisi masa lalu yang baru diketahuinya sekarang. Ren seperti ingin kembali ke masa lalunya dan ingin mengubah apa yang telah terjadi kepadanya.

Kini, sudah terungkap tentang cinta pertamanya. Selama ini, Ren tidak pernah tahu bahwa Kei yang dikenalnya selama sebulan ini adalah Kei yang dulu bersamanya. Andai Ren mengetahuinya lebih awal, Ren sudah pasti akan mendapatkan Kei lebih awal.

Ren membereskan isi kardus yang terjatuh. Diambilnya kertas yang berisi surat dari Kei, lalu dimasukannya kertas itu ke dalam saku celananya. Ren cepat-cepat menutup kembali pintu ruang itu. Diambilnya dompet, ponsel, dan kunci mobil. Ren segera pergi untuk menemui Kei.

***

Kei sudah selesai mengunjungi lima pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah selesai, Kei menugaskan suster Ishikawa untuk membuat laporan sederhana.

Kei menekan tombol lift untuk menuju ke lantai satu. Kei ingin membuka ruang prakteknya karena tas yang dibawanya disimpan di dalam ruang itu.

"Kei!" teriak Ren.
"Ada apa? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Kei.

Ren menarik lengan Kei. Dibawanya wanita manis itu menuju taman kecil di dekat kantin. Kei bingung dengan sikap Ren saat ini. Dilepasnya pegangan tangan yang diberikan oleh Ren kepadanya.

Hujan turun membasahi kota Tokyo sore ini. Walaupun hanya gerimis, tetapi semua orang di rumah sakit Matsuzawa lari untuk mengamankan diri kecuali Ken dan Ren yang masih berdiri di tengah taman itu.

"Ada apa ini?" tanya Kei sambil melepaskan pegangan Ren.
"Ini! Lihat ini!" ucap Ren sambil menunjukan kertas kecil yang diambilnya dari dalam saku celananya.

Kei membaca tulisan yang tertulis pada kertas kecil itu. Kei memperhatikan nama yang tertulis. Michi Shimizu.

Kei sangat bingung. Kenapa surat itu ada di tangan Ren. Surat itu milik Michi. Kenapa Ren bisa mendapatkan surat itu?

"Baaggaiimaanaaa kamu bisa mendapatkan surat itu?" tanya Kei.
"Maafkan aku! Seharusnya aku mengetahui hal ini lebih awal. Aku bukanlah Ren Okuda. Itu bukan nama asliku. Aku adalah Michi Shimizu," ucap Ren.
"Kamu Michi?" tanya Kei hampir tidak percaya.
"Ya! Aku memang Michi. Kamu bisa memfoto kepalaku di ruang ronsen kalau kamu tidak percaya. Ingatanku sudah kembali. Walau belum kembali sepenuhnya, tapi ingatan tentangk ita sudah banyak yang kembali," ucap Ren.
"Kamu berubah ya!" ucap Kei.
"Kamu tetap seperti Kei yang aku kenal sepuluh tahun lalu," ucap Ren.
"Kenapa kamu jahat? Kenapa? Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal? Kenapa? Kenapa?" tanya Kei sambil menangis dan memukul-mukul dada Ren.
"Kei, tenang dulu! Aku ada satu bukti lagi," ucap Ren.

Ren mengeluarkan selembar foto yang telah diberi lem. Kei menerima pemberian foto itu dengan ekspresi waget di wajahnya. Bagaimana bisa potongan foto yang hilang pagi ini bisa ada di tangan Ren?

"Bagaimana bisa pasangan foto yang aku pegang ada padamu?" tanya Kei.
"Tadi Nori memberikannya kepadaku," ucap Ren.
"Nori? Ah, pantas saja!" ucap Kei.
"Kei, apakah sekarang kamu sudah percaya kepadaku? Apakah kamu akan tetap memanggilku dengan nama Ren atau mulai memanggilku dengan nama Michi?" tanya Kei.
"Tentu saja aku percaya! Kamu ini bodoh ya! Dari tadi aku percaya padamu. Hanay saja, aku tidak berani untuk mengatakannya. Ren, gunakan saja nama Ren. Sudah banyak orang lain yang mengenalmu dengan nama itu," ucap Kei.
"Jadi, kamu tidak ingin mendengar nama Michi lagi?" tanya Ren.
"Bagaimana kalau kita memulai lagi semuanya dari awal? Konnichiwa, perkenalkan, namaku Kei Saito. Senang berkenalan denganmu!" ucap Kei sambil memberikan tangannya.
"Konnichiwa, perkenalkan! Namaku Ren Shimizu. Senang berkenalan denganmu," ucap Ren sambil bersalaman dengan Kei.
"Ah, hujan sudah reda," ucap Kei.
"Kei, mau jalan-jalan?" tanya Ren.
"Boleh!" ucap Kei.

***

Ren membawa Kei menuju pinggir sungai Sumida. Sesampainya di dekat sungai itu, Kei langsung turun dari dalam mobil hitam yang dikendarai oleh Ren.

Ren membuka bagasi mobilnya untuk mengambil sesuatu. Ren sudah menyiapkan bunga sakura yang dipetiknya dalam perjalan menuju ruamah sakit tadi.

"Otanjobi omedeto gozaimasu!" ucap Ren

Ren berdiri di hadapan Kei sambil memegang setangkai bunga sakura yang dibawanya. Kei menatap Ren sambil tersipu malu.

"Kamu ingat tanggal ulang tahunku?" tanya Kei.
"Kamu ulang tahun setiap tanggal dua april.Tepat tanggal dua april sepuluh tahun yang lalu, kita berdiri berdua disini dan membuat janji. Kita berjanji untuk tetap melihat bunga Sakura dari pohon yang sama. Hari ini semua janji kita sudah terpenuhi. Bunga sakura sudah mekar dan hari ini juga aku memberikanmu setangkai bunga sakura sebagai tanda rasa cintaku padamu. Semua ini jujur dari hatiku. Aku mencintaimu. Bahkan, sebelum aku mengalami hilang ingatan. Saat ingatanku hilang, aku pernah menyatakan perasaanku padamu. Saat itu, aku hanya melihat wajahmu yang manis karena kamu cantik saat kakak sepupuku mendandanimu. Sekarang, aku menyadari bahwa aku sudah menyukaimu dari dulu," ucap Ren.
"Ren, aku terharu dengan semua pernyataanmu," ucap Kei.
"Jadi, apakah kamu masih ingin mengejar cinta pertamamu? Bukankah itu adalah alasanmu kenapa kamu menolak pernyataan cintaku waktu itu?" tanya Ren.
"Ya, aku menunggu cinta pertamaku datang. Sekarang, aku sudah bertemu kembali dengannya, Dia adalah Ren Shimizu," ucap Kei sambil memegang bunga yang sama dengan bunga yang dipegang oleh Ren.

Ren memasangkan bunga Sakura itu di atas telinga Kei. Ditatapnya wajah Kei yang tidak pernah berubah sejak mereka masih kecil.

"Kamu tidak berubah ya!" ucap Ren sambil menatap wajah manis Kei.
"Tapi, kamu berubah!" ucap Kei.
"Kalau kamu merasa aku telah berubah, kenapa kamu masih ingin mengejar cinta pertammu ini?" tanya Ren.
"Aku jatuh cinta padamu sejak dulu. Sebenarnya, kehadiranmu sebagai orang lain tidak merubah perasaanku. Aku semakin jatuh cinta padamu. Maafkan aku yang terlambat untuk mengakui," ucap Kei.
"Aku yang terlambat mengakui semua ini. Aishiteru!" ucap Ren.
"Aishiteru!" ucap Kei.

Ren memegang pili manis Kei, lalu mencium bibir Kei. Sepuluh tahun sudah berlalu dan mereka sudah beranjak dewasa. Ren tidak lagi memberikan ciuman nakal pada pipi Kei. Kini, Ren sudah berani untuk mencium bibir Kei.

"Kita sudah bukan anak umur dua belas tahun lagi ya," ucap Kei.
"Iya," ucap Ren.
"Jadi, selama ini kamu benar-benar tinggal di Osaka?" tanya Kei.
"Iya! Aku kembali ke Tokyo karena aku kuliah di Tokyo. Aku tidak ingin bersama ibuku terus," ucap Ren.

Kei dan Ren kembali berciuman. Ren merangkul pinggang Kei saat mereka berciuman. Bunga sakura yang diberikan oleh Ren tetap terpasang di atas telinga Kei.

"Ren, jangan nakal lagi ya!" ucap Kei.
"Hei, memangnya aku anak kecil? Aku sudah tidak bodoh seperti katamu. Aku sudah menjadi fotografer terkenal," ucap Ren.
"Benarkah?" tanya Kei.
"Sedang dalam proses menjadi seorang fotografer terkenal," ucap Ren.
"Kamu bodoh ya? Tidak ada orang yang tiba-tiba langsung terkenal!" ucap Kei.

Michi mencium pipi Kei dan berlari setelahnya. Kei kaget dan pipi Kei sedikit memerah. Ren berlari sekencang mungkin agar Kei tidak dapat mengejarnya dan memukulnya. Kei ikut berlari untuk mengejar teman kecilnya itu.

"Terima kasih telah kembali kedalam hidupku," ucap Kei dalam hati.

TAMAT

0 Comments