Sakura #3

Kei dan Saki pergi bersama mengelilingi kota Tokyo. Hari ini adalah hari Minggu. Mereka akan menikmati hari minggu ini dengan tenang.

"Yeah, program kerja praktek kita sudah berakhir. Minggu depan, kita akan meneguhkan janji dokter," ucap Kei.
"Yeah, akhirnya kita dapat lulus tepat waktu!" ucap Saki.
Kei menekan tombol jendela pada mobil Saki, "Ah, udara yang sejuk!" ucap Kei.
"Bunga Sakura yang mulai tumbuh," ucap Saki.
"Saki, apakah kamu ingat kalau aku punya teman kecil yang berjanji kepadaku untuk melihat bunga sakura yang bermekaran?" tanya Kei.
"Ah, tentu saja aku masih ingat! Siapa namanya?" tanya Saki.
"Michi Shimizu," ucap Kei.
"Seperti apa wajahnya?" tanya Saki.
"Hmm... pokoknya dia manis. Itu saja. Aku kehilangna satu-satunya foto kami berdua. Karena hanya ada satu foto kami, sebelum dia berangkat ke Osaka, aku merobek foto itu dan memberikan bagian wajahnya untuk dia simpan," ucap Kei.
"Sudah lewat hampir sepuluh tahun, kenapa kamu masih ingin mecarinya? Bukankah itu terlalu lama?" tanya Saki.
"Aku,,, aku pernah dicium dengannya. Dialah cinta pertamaku. Satu-satunya laki-laki yang pernah mencium pipiku," ucap Kei.
"Kalau kalian bertemu lagi, apakah dia masih mengingatmu?" tanya Saki.
"Entahlah," ucap Kei.
"Kei, mau pergi ke Harajuku? Aku ingin melihat baju," ucap Saki.
"Ayo!" ucap Kei.

***

"Moshi-moshi," ucap Ren.
"Ada apa Ren?" tanya Kei.
"Kamu dimana?" tanya Ren.
"Aku sedang ada di Harajuku. Aku pergi dengan Saki. Ada apa?" tanya Kei sekali lagi.
"Tunggu disitu ya! Aku akan menjemputmu. Aku ada di daerah Shibuya," ucap Ren.
"Halo? Ren?" ucap Kei bingung.
"Ada apa Kei?" tanya Saki setelah keluar dari ruang ganti baju.
"Ren tiba-tiba mengatakan kalau dia ingin menjemputku di Harajuku. Entahlah, dia tidak mengatakan ada apa," ucap Kei.
"Ah, kenapa kamu tidak menjadikan Ren sebagai kekasihmu? Sudah ada di depan mata, kamu malah mencari yang jauh," ucap Saki.
"Aku merasa hanya menganggap dia seperti temanku saja. Sebenarnya dia baik dan manis. Tapi...." ucap Kei.
"Tapi apa? Sudah ada di depan mata," ucap Saki.
"Aku kan baru mengenalnya," ucap Kei.
"Tapi, kamu terlihat langsung akrab dan nyaman dengannya," ucap Saki.
"Ah," ucap Kei.
"Sebentar ya, aku bayar di kasir dulu," ucap Saki.

Setelah Saki membayar belanjaannya, mereka berdua masuk ke dalam mobil milik Saki. Saki menyalakan mesin mobilnya.

"Jadi, sekarang kita akan kemana? Kamu ingin aku turunkan dimana?" tanya Saki.
"Di dekat halte saja supaya gampang," ucap Kei.
"Baiklah," ucap Saki.

Kei turun di depan halte bis dekat toko baju yang dikunjunginya. Saki kembali melaju untuk pulang ke rumahnya.

Seseorang dari dalam mobil hitam membunyikan klakson mobilnya. "Kei, ayo masuk!" ucap Ren.
"Kita mau kemana?" tanya Kei sambil duduk di samping kursi kemudi.
"Aku ingin membawamu ke toko baju milik sepupuku. Aku ingin dia mendandanimu. Semacam make over," ucap Ren.
"Untuk apa?" tanya Kei.
"Hari ini onesan akan menikah," ucap Ren.
"Kamu punya kakak perempuan?" tanya Kei kaget.

Kei berpikir sejenak. Kei menduga bahwa Ren adalah Michi. Tapi, sejenak Kei menyalahkan pikirannya sendiri. Michi adalah anak tunggalm sedangkan Ren mengatakan bahwa dia mempunyai seorang kakak perempuan yang akan menikah malam ini. Semua terasa aneh. Kei juga merasa bahwa Ren dan Michi sangat mirip.

"Oh, dia bukan kakak kandungku. Dia kakak tiriku. Setelah dua tahun aku tinggal di kota Osaka, ibuku menikah lagi. Ayah tiriku sudah meninggal dua tahun yang lalu," ucap Ren.

Ren memarkirkan mobil hitam miliknya di depan sebuah toko baju yang besar. Dicabutnya kunci mobil yang terpasang, lalu dirinya membuka pintu mobil. Ren dan Kei langsung turun dari dalam mobil.

"Ini toko milik kakak sepupuku. Aku ingin kamu memakai pakaian yang bagus untuk acara malam ini. Aku ingin memperkenalkanmu kepada ibuku dan keluargaku," ucap Ren.
"Oh," ucap Kei,

Kei membuka pintu toko baju itu. Seorang wanita muda datang untuk menyapanya ketika Kei sudah menginjak lantai toko baju itu.

"Halo," ucap wanita itu.
"Onesan!" ucap Ren.
"Hai Ren!" ucap wanita itu.
"Kei, ini kakak sepupuku," ucap Ren.
"Halo, aku Kei Saito," ucap Kei.
"Halo, aku Rika Maeda," ucap wanita itu.
"Onesan, tolong dandani dia. Pilihkan gaun yang pantas untuk acara malam ini," ucap Ren.
"Baiklah!" ucap Kei.

Rika Maeda mengambil tiga gaun yang menurutnya cocok untuk Kei. Satu per satu dicoba oleh Kei. Akhirnya, Kei memilih gaun yang berwarna pink keunguan.

"Kei, berapa ukuran sepatumu?" tanya Rika.
"23,5" ucap Kei.
"Aku akan mengambilkan beberapa sepatu untuk kamu pilih," ucap Rika.
"Ah, aku pakai sepatu ini saja," ucap Kei.
"Sepatumu sudah jelek! Lagi pula, apakah cocok memakai sepatu seperti itu dengan gaun?" tanya Rika.

Rika mengambilkan beberapa pilihan sepatu hak. Kei mencoba satu per satu dan membuat keputusan. Akhirnya, dipilihnya sepatu berwarna abu-abu.

"Sekarang, apa lagi?" tanya Kei.
"Tinggal memakai makeup saja. Mari, ikut aku sebentar!" ucap Rika.

Rika membawa Kei ke lantai dua toko baju itu. Di lantai dua, ada sebuah ruangan kosong yang sudah tersedia dengan peralatan makeup yang cukup lengkap. Kei takjub kepada wanita muda itu. Wanita muda itu ternyata merangkap sebagai penata rias.

"Tadaaaa!" ucap Rika.

Rika mengambil sebuah cermin besar, lalu memberikannya kepada Kei agar Kei dapat melihat dirinya. Rika sudah selesai merubah penampilan Kei.

"Bagaimana?" tanya Rika.
"Aku suka!" ucap Kei.
"Kei, sebelum acara pernikahan berlangsung, aku dengar keluarga Ren dan keluarga dari calon suami Yuri onesan akan mengadakan acara minum teh bersama di apartemen tempat Ren dan Yuri onesan tinggal," ucap Rika.
"Oh ya? Ren tidak mengatakan apapun padaku," ucap Kei.
"Kenapa? Apakah kamu belum siap untuk bertemu dengan ibu kandung Ren?" tanya Rika.
"Onesan, sebenarnya, Ren itu siapa?" tanya Kei.
"Apa maksudmu?" tanya Rika.
"Aku penasaran siapa sebenarnya dia," ucap Kei.
"Sebenarnya, dia kehilangan ingatannya kurang lebih sepuluh atua sebelas tahun yang lalu. Dia sendiri yang memilih nama Ren sebelum bertanya mengenai siapa nama aslinya. Setelah itu, ibu kandungnya dengan sengaja pindah ke luar kota dan memakai nama Ren untuk mendaftar di sekolah," ucap Rika.
"Oh, begitu," ucap Kei.
"Kei, sudah saatnya kamu menemui Ren di bawah. Acara minum teh akan dimulai setengah jam lagi," ucap Rika.
"Terima kasih onesan!" ucap Kei.

Kei berjalan menuruni tangga menuju lantai satu. Kei berjalan menuju meja kasir untuk membayar semua pakaian yang dipakainya saat ini.

"Berapa harganya?" tanya Kei kepada petugas kasir.
"Pakaian yang kamu kenakan sudah lunas," ucap petugas kasir itu.
"Lunas? Bagaimana bisa? Aku belum membayarnya," ucap Kei.
"Pria itu sudah mengurusnya," ucap petugas kasir.
"Baiklah, terima kasih!" ucap Kei.

Kei berjalan menuju kursi tempat Ren duduk. Ren memandangi Kei tanpa berkedip. Hari ini kakak sepupunya berhasil merubah penampilan Kei dari penampilan apa adanya menjadi cantik.

"Ren, kenapa kamu membayar semua ini?" tanya Kei.
"Aku menggunakan kartu aksesku disini. Aku punya kartu diskon spesial karena koneksi keluarga," ucap Ren.
"Bagaimana?" tanya Kei.
"Cantik!" ucap Ren.
"Benarkah?" tanya Kei.
"Benar! Ayo kita berangkat!" ucap Ren.
"Kemana?" tanya Kei.
"Ke apartermenku. Ibu dan kakaku ada di sana. Keluarga dari calon suami juga sudah datang," ucap Ren.

***

"Halo!" ucap Kei dihadapan kakak dan ibu Ren.

Ibu Ren tampak kaget dengan kehadiran Kei di aparttemen itu. "Halo, kamu siapa?" tanya ibu Ren.
"Namaku Kei Saito," ucap Kei.

Kei kaget seperti ekspresi yang tergambar oleh wajah ibu Ren. Kei merasa familiar dengan wajah ibu itu. Mungkin Kei pernah bertemu dengan ibu itu di suatu tempat.

"Ren, aku tidak ingin mengganggu acara keluargamu. Aku tunggu di ruang lain saja," ucap Kei.
"Kenapa? Kenapa kamu tidak ingin bergabung? Dalam tradisi minum teh di keluargaku, anak-anak boleh membawa pasangannya. Apakah kamu tidak ingin aku..." ucap Ren.
"Sssshhhh....!" ucap Kei sambil menutup mulut Ren.
"Baiklah! Kalau kamu risih, duduk saja di dalam kamarku," ucap Ren.
"Oke," ucap Kei.

Setelah acara minum teh sudah selesai, semuanya bersiap-siap untuk pergi ke gedung pesta pernikahan yang sudah disewa. Ren membawa masuk Kei dan ibunya ke dalam mobil hitam yang biasa dikendarainya.

"Kamu jangan gugup. Walaupun ibuku terlihat galak, tapi dia tidak akan mengusirmu," ucap Ren..
"Aku tidak gugup karena itu. Haruskah kamu menunjukanku di hadapan keluargamu?" tanya Kei.
"Ini adalah proses baru. Aku ingin kamu dikenal oleh keluargaku karena aku sayang padamu," ucap Ren.
"Ren, kita kan hanya teman," ucap Kei.
"Kei, apakah menurutmu, status itu penting? Apakah penting kalau kita berteman atau pacaran? Yang penting, aku bisa bersama orang yang aku sukai," ucap Ren.
"Haruskah aku bersama denganmu? Bukankah sudah aku katakan bahwa..." ucap Kei.
"Ren, ayo kita berangkat!" ucap ibu Ren sambil membuka pintu mobil.
"Baiklah!" ucap Ren.

***

Dua minggu berlalu sejak acara pengucapan janji dokter. Sekarang, Kei, Nori, dan Saki sudah menjadi dokter tetap di rumah sakit Matsuzawa.

"Nori, apakah hari ini adalah hari padatmu?" tanya Kei.
"Ah, tidak terlalu. Aku ada pasien jam satu siang. Setelah itu, aku belum ada janji lagi," ucap Nori.
"Oh, hari ini aku membantu di ruang gawat darurat. Besok aku baru akan praktek," ucap Kei.
"Kei, semangat!" ucap Nori,
"Semangat!" ucap Kei.

Nori berjalan ke ruang prakteknya. Dirapihkannya beberapa tumpukan kertas. Disiapkannya peralatan dasar praktek: stetoskop, senter, alat pengukur tekanan darah, dan termometer.

Hari ini Ren akan memeriksakan kembali dirinya. Sesuai perkiraan Nori, ingatannya akan mulai kembali sedikit demi sedikit mulai hari ini.

Setelah melakukan ronsen, suster membawa hasil foto isi kepala Ren kepada Nori. Nori membaca hasil foto itu dengan teliti.

"Ini hasil fotonya," ucap suster Ishikawa.
"Terima kasih!" ucap Nori.

Setelah membaca hasil foto kepala Ren, Nori masuk ke dalam ruang praktek Nori. Nori akan menjelaskan kepadanya apa yang dialaminya.

"Selamat, ingatanmu akan kembali sedikit demi sedikit mulai hari ini!" ucap Nori.
"Wah, dugaanmu benar! Tepat hari ini," ucap Ren.
"Perlahan, kamu akan mengingat satu per satu. Sekarang aku mau tanya padamu. Siapa nama aslimu?" tanya Nori.
"Ren Okuda," ucap Ren.
"Astaga, apakah foto ini palsu? Kamu masih saja mengaku sebagai Ren Okuda. Okuda adalah nama keluarga dari ibumu, bukan ayah kandungmu," ucap Nori.
"Hahaha, aku bercanda. Namaku Ren Shimizu," ucap Ren.
"Nah, itu lebih masuk akal," ucap Nori.
"Nori, tiba-tiba aku kepikiran tentang foto ini. Ini adalah wajahku saat berumur dua belas tahun kan? Aku ingin menemukan pasangan dari foto yang dirobek ini," ucap Ren sambil memegang sebuah foto dari dalam dompetnya.
"Maksudmu, orang yang ada di foto itu?" tanya Nori.
"Iya, orang itu. Dengan ingatanku yang sedikit demi sedikit mulai kembali, aku rasa, aku akan ingat siapa dia," ucap Ren.
"Baguslah!" ucap Nori.
"Nori, aku pergi dulu ya!" ucap Ren.
"Oke, sampai bertemu lagi!" ucap Nori,

BERSAMBUNG.....

0 Comments