Elegi Hati 12 - リズム

Oktober, 2010

Aku sedang berdiri di persimpangan Shibuya yang terkenal itu. Aku sudah menginjak kota Tokyo sejak akhir Juni tahun ini. Aku mendapat beasiswa kuliah di University of Tokyo di daerah Komaba. Kampus yang terletak di Komaba adalah kampus untuk fakultas sains dan seni. Aku kuliah musik di sana.

Setahun yang lalu, Gio berangkat ke Jepang sepertiku. Dia juga kuliah musik di universitas yang sama. Karena Gio masih ada keturunan Jepang, Gio tidak terlalu susah untuk masuk ke University of Tokyo. Lagi pula, sejak lahir sampai berumur empat tahun, Gio tinggal di Tokyo, di daerah Shibuya. Rumah lamanya tidak dijual, sehinggal dia tinggal di sana dan mengijinkanku untuk tinggal di kamar satunya lagi.

Aku mendapat pelajaran bahasa Jepang ketika SMA (mata pelajaran bahasa asing pilihan sih). Para murid boleh memilih antara mandarin atau jepang. Aku tidak memilih mandarin karena bagiku, mandarin bukan hal baru dan aku ingin belajar bahasa lain. Aku masih ada keturunan Chinese.

Aku sendang berjalan menuju salah satu kantor redaksi majalah yang ingin mewawancaraiku. Aku senang sekali hari ini. Lebih tepatnya karena aku akan masuk ke dalam majalah remaja di jepang, yaitu Ranzuki. Majalah yang cukup bergengsi di kalangan remaja.

"Kon'nichiwa," ucapku sambil membungkuk.
"I know you are a foreign. Let's talk with english," ucap Izumi, pewawancara dari salah satu redaksi majalah.
"Okay," jawabku.
"Sudah berapa lama kamu bermain piano?" ucap Izumi.
"Sejak saya berumur 6 tahun. Waktu itu saya senang melihat piano di tv," jawabku.
"Apa yang menjadi motivasi anda untuk mengambil jurusan seni musik?" tanyanya.
"Menurut aku, musik adalah kehidupan keduaku. Musik adalah teman hidupku yang paling setia. Tanpanya, hidupku terasa hambar," ucapku.
"Aku dengar, ada hal lain yang menjadi motivasimu. Boleh diceritakan?" tanyanya.
"Well, tentu saja pacarku yang menjadi motivasi. Dia pernah membuatku gila karena memaksaku mempelajari karangan dia dalam waktu sebulan, dan ternyata diam-diam dia ingin berduet denganku di atas panggung konser. He's like a rhythm for me," ucapku.
"Tentunya, pacar anda adalah orang yang romantis, bukan?" ucap Izumi.
"Tentu saja!" jawabku sambil tersenyum bahagia.
"Kalau boleh tau, waktu dulu di Indonesia, apa judul lagu yang pernah di release?" tanya Izumi.
"Hanya satu lagu yang ku beri judul Heart's Elegy," jawabku.
"Lagu itu menceritakan apa?" tanya Izumi.
"Lagu itu menceritakan elegi hatiku tentang masa laluku," ucapku.
"Ooo begitu! Oke, sekarang masuk ke ruangan sebelah untuk ambil foto," ucap Izumi.
"Oke!" jawabku.

Setelah sesi foto selesai, aku akan menemui Gio di Yoyogi Koen, di daerah Shinjuku. Aku bisa naik kereta bawah tanah.

"Moshi-moshi," sapaku saat Gio meneleponku."
"Udah, pake bahasa indonesia aja," ucap Gio.
"Kamu udah dimana?" tanya Gio.
"Di stasiun. Aku berangkat ya," ucapku.
"Oke," jawabnya.

***

"Jadi, kapan lagumu release?" tanya Gio.
"Dua minggu lagi," ucapku.
"Wow!" ucap Gio.
"Hehehe.. Kan karena kamu bantu aku cari tempat tekaman," ucapku.
"Lagunya mau diberi judul apa?" Tanya Gio.
"Bagaimana kalau Aki no Hikari?" ucapku.
"Kenapa kamu mau memilih judul itu?" ucap Gio.
"Karena, sekarang adalah musim gugur dan kamu adalah cahaya dalam musim gugur itu bagiku," ucapku.

Gio tersenyum bahagia mendengar laguku akan release sebentar lagi dan aku menjadikan dirinya alasan dibalik judul lagu itu.
"Selamat ya Mik, kamu jadi artis piano," ucap Gio.
"Nyusul dong!" ucapku.
"Hahahaha...." ucap Nick sambil tertawa.
"Ih, malah ketawa," ucapku.
"Mik, pemandangannya indah ya di sini!" ucap Gio.
"Iya! Ayo kita selfie!" ajakku.
"Yuk!" jawabnya.

Aku mengeluarkan kameraku dari tas dan membuat self portrait lagi. Gio merangkulku lagi seperti 3 tahun yang lalu saat menunggu matahari tenggelam. Kali ini, kami menunggu matahari tenggelam di Tokyo.

"Watashi wa anata ni kisu dekimasu ka? tanya Gio.
"Hai! jawabku.

Gio merangkul pinggangku, mendekati wajahku, dan langsung menciumku di taman Yoyogi, diiringi oleh daun-daun yang berguguran.

"You're my rhythm," ucapku.
'"What?" tanya Gio.
"A rhythm on my life," Jawabku.
"Arigato Mika-chan!" ucap Gio.

TAMAT

4 Comments

  1. wah wah wah, endingnya keren dan so sweet... semoga pacarku mau selfie bareng di jepang juga.

    ReplyDelete
  2. cici, kok bisa so sweet gitu endingnya? pake dicium segala di taman. envy :(
    kapan ya aku merasakan hal yang sama dengan si tokoh utama?

    ReplyDelete