Elegi Hati 9 - Dilemma

Hari ini adalah hari hari ulang tahun Davin yang ke 17. Tidak semua teman diundang. Hanya sekitar 10 atau 11 orang saja.

"Davin, selamat ya!" ucapku.
"Makasih ya Mik!" jawabnya.

Beberapa teman Davin tak ku kenal. Yang jelas, 6 orang diantaranya adalah anak klub basket. Sisanya ada Dita, Anne, Wanda, dan Nick.

"Mik!" ucap Nick dari jauh.
"Apa?" tanyaku.
"Jangan judes gitu dong!" ucap Nick.
"Cepat katakan ada apa?" ucapku.
"Perkataanku waktu di taman itu serius! Aku mau kita deket lagi. Ya, jadi teman dekat tak apa lah," ucap Nick.
"Aku ingin menjauhkan diriku dari masa lalu," ucapku.
"Kita kan bisa mulai dari awal! Kita berteman saja," ucap Nick.

Aku melihat Davin sedang memperhatikanku dan Nick dari kursi yang dia duduki. Mungkin Davin heran melihat kakak sepupunya yang seperti memaksaku untuk dekat lagi.

"Ambilin korek api di deket tas gue dong!" pinta Davin kepada Nick.
"Nih!" ucap Nick kesel, Mungkin Nick tahu kalau Davin ingin membantu menyudahi ajakan berteman dari Nick kepadaku.

Perayaan tiup lilin dimulai. Seperti tradisi anak muda kebanyakan, sebelum meniup lilin, yang ulang tahun membuat permohonan singkat yang didoakan oleh dia sendiri. Kali ini, Davin sedang menyampaikan permohonannya kepada Tuhan.

"Potong kuenya, potong kuenya!" Teriak anak-anak sambil diiringi gitar oleh Nick.
"Vin, potongan pertama akan diberikan kepada siapa?" tanya Nick.
"Potongan pertama akan diberikan untuk pacarku," ucap Davin sambil melirik ke arah Dita.
"Ciee... Cium Cium!" ucap anak-anak.
"Hus!" ucap Davin.

Davin dan Dita memotong kue cokelat itu dan anak-anak saling mengobrol satu sama lain. Anne dan Wanda sedang mengobrol, sekaligus kenalan. Anne dan Wanda belum mengenal satu sama lain.

"Mik!" panggil Nick.
"Apa lagi?" tanyaku.
"Aku mau jujur sama kamu! Sebenarnya, aku kangen kamu. Aku kangen kita waktu dulu. Ya, walaupun kamu cuek sama aku pas masih pacaran, aku gak peduli. Kamu itu cinta pertamaku, yang sudah lama aku tunggu. Aku sudah banyak dengar tentangmu sebelum kita kenalan," ucap Nick.
"Tapi...." ucapku
"Tapi apa? Aku gak sempurna buat kamu? Aku bisa kok jadi apa yang kamu mau," ucap Nick.
"Be who you are!" ucapku.
"Mik!" Nick menarik tangna kiriku.
"Maaf, kita gak bisa balik kayak dulu lagi!" ucapku.
"Mik! Kamu cantik deh!" ucap Nick.
"Jangan selalu memujiku," ucapku.
"Kamu hebat, bisa terkenal gitu! Aku bangga orang yang aku sayang ini bisa terkenal dan masuk majalah bulan ini," ucap Nick.
"Lebay Ah!" ucapku.
"Mika, sini!" ucap Dita memanggilku.

Aku meninggalkan Mick sendirian dan berjalan menuju tempat Dita memanggilku.

"Mik! Makan ini deh, ini enak banget fettucine-nya," ucap Dita.
"Iya, aku tahu kalau restoran ini terkenal dengan pastanya," ucapku.
"Mik, mungkin kamu gak bisa jujur di depan Nick. Bahkan kamu gak tau apa yang kamu rasakan. Tapi, aku mengerti itu. Dulu, aku juga sama sepertimu, gak bisa ngaku kalau lagi jatuh cinta sama orang lain. Kamu harus bisa jelaskan ke Nick kalau kamu suka sama Gio," ucap Dita.
"Aku takut Nick marah kaalau aku semakin punya alasan kuat kenapa aku benar-benar mau jauhin dia," ucapku.
"Ada baiknya kalian selesaikan masalah kalian dan kamu jujur aja," ucap Dita.
"Nanti aku bakaljelasin ke dia," ucapku.

"Hari ini kakak sepulu gue ingin bermain gitar untuk menghibur kita semua," ucap Davin.

Nick mengambil gitarnya dan bermain satu lagu sambil bernyanyi. Kita semua tahu bahwa Nick bisa bermain gitar dengan baik.

"Oke, ini adalah salah satu lagu yang ingin gue nyanyikan untuk seseorang. Judulnya You're My dari Taeyang," ucap Nick.

You're my candy, a lollipop candy.
I really wanna kiss you, I really wanna love you, yeah

***

Aku sangat dilema. Aku tak tau mau jujur apa tidak. Aku juga gak yakin dengan perasaanku sendiri. Ini membingungkanku.

"Mik!" ucap Nick dari telepon.
"Apaan?" ucapku.
"Mik! Kamu benar-benar mau melupakanku?" ucap Nick.
"Kalau iya, emang gak boleh?" tanyaku.
"Hmm.. Sebenarnya waktu itu, aku suruh Lisa kasih kamu cokelat dariku. Tapi kata dia, dia masukin cokelatnya ke tempat pensilmu," ucap Nick.

"Apa? Jadi cokelat waktu itu dari Nick?" desahku dalam hati.

"Oh ya?" tanyaku.
"Iya, aku kangen kamu," ucap Nick.
"Maaf Nick, sebaiknya kita sudahi saja ya," ucapku.
"Please Mik!" ucap Nik memelas.
"Sebenarnya, aku..."
"Kamu mau bilang kalau kamu suka cowok lainya?" tanya Nick.
"Bukan urusanmu!" ucapku.

Aku langsung mematikan telepon itu dan kembali membaca majalah di kamarku. Cinta itu rumit ya, seperti halnya soal matematika. Gak bisa ditebak apa jawabannya. Hanya bisa dipikirkan dan dicari tahu apa jawabannya. Hanya perlu bukti dan pengakuan, bukan main petak umpet, alias menyembunyikan jawaban atas hati ini.

BERSAMBUNG.....

0 Comments