Elegi Hati 3 - Lebih Baik Melepaskan Cinta yang Dipaksakan

Pagi ini perasaanku campur aduk gak karuan. Aku berjalan meuju gedung sekolahku dengan pasrah. Aku pasrah dengan keadaan yang akan aku hadapi nanti di sekolah. Aku takut kalau kejadian yang aku alami kemarin sore menjadi bahan pembicaran temen-temanku dan teman- teman Nick.

Nick 
Mik,  nanti di sekolah jalan bareng ya, tungguin aku di depan gerbang sekolah
Sent 06.33
Mika 
Aku jalan sendiri aja ya

Sent 06.35



Aku tidak ingin jalan berdua dengannya. Aku berniat untuk cuek dengannya. Entahlah, apakah aku sudah berubah menjadi Mika yang lain, yang tiba-tiba menjadi orang jahat?



Setelah aku sampai di depan kelasku, Lisa menatapku dengan tatapan yang tidak biasanya. Dia langsung memanggil namaku.



"Mika, kok gak cerita-cerita?" tanyanya.

"Apanya yang harus aku ceritain?" jawabku.

"Tadi ketemu Nick pas lagi jalan kaki ke sekolah. Dia cerita kalau kemarin baru aja jadian. Dia bilang kalau dia jadian sama kamu. Bener ya?"

"Lissss," ucapku dengan sedih.

"Lho, kenapa? Harusnya kan kamu seneng bisa punya pacar baru, orang yang setia nungguin kamu pulang sekolah. Ini malah sedih," ucap Lisa. 
"Sebenernya, aku gak benar-benar terima cinta dia. Kemarin dia mengirimku SMS untuk menanyakan apakah aku mau jadi pacar dia. Nah, aku kan lagi nonton drama Korea di rumah Dita. Saking seriusnya, beberapa SMS yang masuk hanya ku jawab 'ok'.  Nah, ternyata aku jawab SMS dari dia juga," jawabku sambil menangis.
"Trus gimana? Kamu dah jujur belum kalau sebenarnya salah jawab SMS?" tanya Lisa.
"Belum. Aku takut dia marah banget. Aku takut aku akan dimusuhi banyak orang," jawabku.
"Tapi kamu tetep tanggepin dia? kamu bales semua SMS dari dia?" tanya Lisa.
"Terakhir cuma sampe pas dia telepon aku yang pertama kali, abis itu aku matiin HPku," jawabku.
"Hmm pantesan aja dia terlihat kurang semangat pagi ini, ternyata karena kamu diemin dia," ucap Lisa.

Aku langsung mengalihakn pandanganku dari Lisa. Aku bingung mau jawab apa. Yang ingin aku tanyakan adalah kenapa Lisa bisa tau semuanya.

"Eh Lis, kok kamu bisa kenal sama dia?' tanyaku penasaran.
"Nick itu kan temennya abangku," jawab Lisa.
"Oh gitu," jawabku.
"Jangan-jangan, kamu gak tau ya, kalau sebenernya Nick udah suka sama kamu dari lama?" tanya Lisa.
"Ah, masa sih Lis?" jawabku.
"Beberapa kali aku lihat kalau Nick itu udah suka ikutin kamu jalan dari gedung sekolah sampai ke gerbang sekolah, bahkan suka perhatiin kamu sampai kamu masuk ke mobil. Trus, dia suka dapet info tentang kamu dari Davin."
"Oh, jadi gitu? Tapi, aku ga ada perasaan apapun sama dia. Dia bukan tipeku. Dia terlalu blak-blakkan dan kesannya terburu-buru dan pingin tau ini itu. Seperti gak ada proses."
"Ah Mik, Mik... Mau sampai kapan kamu nungguin Gio? Aku tau kok kalau kamu naksir sama Gio, anak klub musik. Tapi, buat apa kamu nunggu dia berminggu-minggu, sedangkan sudah ada cowo yang sayang sama kamu?"
"Ah, entahlah Lis," jawabku


***

"Mika, aku pingin ngomong sama kamu!" ucap Nick sambil menarik lengan kiriku.

Aku hanya terdiam. Aku gak tau mau ngapain. Beberapa orang melirik kearahku dan Nick. Jepas saja, Nick berhasil merebut perhatian beberapa orang di sekitar kami, karena Nick memangiglku tepat di depan ruang perpustakaan sekolah.
 

"Kenapa Nick?" tanyaku.
"Apa aku gak boleh mendekati pacarku sendiri?" tanya Nick kepadaku.
"Maaf ya Nick, aku mau ke perpustakaan. Ada yang harus aku kerjakan disana," jawabku. Aku langsung pergi memasuki ruang perpustakaan, diikuti Nick dari belakang tubuhku,

Aku langsung duduk di salah satu bangku di perpustakaan. Aku ingin melanjutkan karanganku. Aku membawa buku musikku dan alat tulisku ke dalam perpustakaan dan Nick duduk di bangku yang berhadapan dengan bangku yang aku duduki.

"Mik!" ucap Nick.
"Stt... ini perpustakaan, bukan panggung," ucapku.


Aku gak mau berbagi cinta dengan orang yang gak seharusnya. Cinta itu bukan untuk sebuah permainan yang ada karena suka atau karena paksaan yang akhirnya akan seperti “game over” pada sebuah permainan. Cinta itu butuh kepastian, keseriusan, dan waktu.

"Nick, kamu kenapa sih ngeliatin aku terus, kayak mau kiamat aja gak bisa ngeliat aku lagi," ucapku.
"Aku gak mau jauh darimu. Aku gak mau kamu diambil oleh cowo lain, tepatnya setelah kamu dibuat sedih oleh para cowok kurang ajar," jawab Nick.
"Makasih Nick, tapi aku gak apa-apa kok. Aku mau lanjuin karanganku dulu ya, kamu kemana kek, gak usah nungguin aku lagi," ucapku.
"Oke kalau itu maumu, aku keluar perpus ya! Sampai ketemu nanti," jawabnya.

Aku kembali melanjutkan karangan laguku di perpustakaan. Sebenarnya, aku tidak sedang mood untuk melanjutkan lagu ini, tapi aku bosan sekali pada jam istirahat hari ini. Hanya ini yang bisa aku lakukan. Hanya perpustakaan tempatku merenung, memikirkan semuanya, bahkan aku selalu ke perpustakaan bila ada masalah.

"Eh ada Mika," sapa Anne, salah satu teman sekelasku yang juga suka ke perpustakaan.
"Eh Anne..." ucapku.
"Eh Mik, yang tadi itu benar ya?" tanya Anne.
"Yang tadi yang mana? Kita aja baru ketemu sekarang," ucapku.
"Aku tadi gak sengaja denger Nick mengucapkan 'pacarku'," jawab Anne.
"Anggep aja gak terjadi apa-apa Ne, kapan-kapan aku ceritain deh," jawabku sambil terus menulis not balok.
"Dasar anak sibuk," jawabnya. Lalu Anne duduk di bangku tepat di sebelahku sambil membaca novel Dealova.

Aku jadi semakin berpikir tentang apa yang aku lakukan kedepannya. Mungkin sudah saatnya aku mencari cara untuk melepaskan Nick secara perlahan.

BERSAMBUNG..... 

2 Comments

  1. kasihan si Nick, mau dilepasin secara perlahan sama mika

    ReplyDelete