Elegi Hati 10 - The Confession

Mei 2007

Inilah aku yang mulai banyak dikenal orang. Aku bukan lagi gadis lugu dan penuh ejekan seperti sebelumnya. Aku telah berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.

Meski aku punya banyak kekurangan, Aku sangat bangga pada diriku sendiri, yaitu diriku yang bisa bermain piano di atas panggung.

Jadi seperti yang aku dengar waktu itu, konser hari ini adalah konser yang diadakan oleh bu Maura dan temannya yang sesama guru les piano. Bu Maura memilihku untuk tampil, sedangkan temannya, memilih satu murid les pianonya.

"Apa kabar semua? Hari ini adalah konser piano yang pertama kali diadakan oleh dua orang guru les piano dari La Music," ucap sang pembawa acara.

Aku telah berlatih selama sebulan. Aku tak mau mengecewakan para hadirin nantinya. Aku ingin menunjukan kelebihanku ini. Papa dan Mama hadir di sini.

Tadi pagi, kak Lea kembali memakaikanku make-up. Kak Lea bilang kalau dia ingin aku memakai gaun turquoise yang dibelinya untukku waktu itu. Ternyata, kak Lea sudah punya rencana untuk hari ini.

Aku melihat kak Lea, Anne, dan Gio di ruangan konser ini. Anne adalah teman dekatku, sekaligus adik dari kak Lea dan Gio, sehingga Anne pasti datang hari ini. Aku juga mengundang Dita dan Davin karena aku dapat free 2 tiket diluar tiket untuk kedua orang tuaku. Anne dan Gio pasti datang karena kak Lea dapat free 2 tiket juga.

"Dita!" ucapku saat melihat Dita ternyata duduk di bangku tepat di belakang bangkuku. Tentu saja, aku melihat Davin duduk tepat di samping Dita. Mereka so sweet sekali.

"Dit, kamu cantik banget pake gaun itu," ucapku.
"Ah, kamu lebih cantik kok Mik! Cantik banget," ucap Dita.
"Ah, kamu bisa aja," ucapku.

"Hari ini hanya akan ada dua musisi muda yang tampil di panggung ini. Pertama-tama, mari kita sambut Mika Marcella ke atas panggung!" ucap Pembawa acara.

Aku deg-deg-an. Aku jarang sekali tampil dalam konser yang resmi seperti hari ini. Semoga semuanya berjalan dengan lancar.

"Mika adalah murid bimbingan bu Maura. Mika sudah 9 tahun les dengan bu Maura. Mika, lagu apa yang akan kamu bawakan sore hari ini?" ucap pembawa acara.
"Saya akan bermain 4 lagu, salah satunya adalah lagu karangan saya sendiri," ucapku.
"Lalu, lagu apa yang akan jadi pembuka acara kita hari ini?" tanya pembawa acara kepadaku.
"Saya akan memainkan lagu karangan saya yang berjudul Heart's Elegy," ucapku.
"Oke, mari kita dengarkan Heart's Elegy karangan Mika," ucap pembawa acara.

Aku merasa comfortable saat sedang tampil dalam konser hari ini. Aku merasa bahwa musik adalah kehidupan keduaku.

Sesudah bermain lagu ini, aku membungkukan diri dan turun dari panggung. Setelah itu, giliran murid satu lagi yang akan tampil, lalu aku lagi, lalu dia lagi, dan seterusnya.

"Kali ini giliran Murid bimbingan bu Rosa yang akan tampil. Mari kita sambut Gio Hayashi," ucap pembawa acara.

"Gio?" pikirku dalam hati.

Gio melangkah ke depan panggung. Aku heran, kenapa dia tidak meberitahuku soal keikutsertaannya dalam konser hari ini. Anne juga merahasiakannya dariku. Hmm... sungguh aneh.

"Gio, ada yang ingin kamu sampaikan kepada para hadirin?" tanya pembawa acara.
"Konser hari ini saya persembahkan untuk teman yang saya sayangi," ucap Gio.
"Kamu mau memainkan lagu apa sebagai penampilan pertamamu?" tanya pembawa acara.
"Aku ingin memainkan Fur Elise karangan Beethoven," jawab Gio.
"Mari kita dengarkan Fur Elise dari Gio," ucap pembawa acara.

Selesai sudah aku memainkan 4 lagu yang aku latih selama sebulan. Gio juga sudah selesai bermain lagu terakhirnya.

"Kali ini, kita akan mendapat tambahan satu lagu lagi. Kita pasti ingin mendengar duet antasa Mika dan Gio. Saya dengar, Mereka sudah mempersiapkan sebuah lagu untuk berduet. Benar begitu Gio?" ucap pembawa acara.
"Saya menulis lagu untuk duet dan saya memberikan partitur itu untuk Mika. Saya ingin berduet dengannya," ucap Gio.

Aku tak pernah diberi tahu bahwa lagu karangan Gio yang berjudul 'For the Only One' adalah lagu yang akan ditampilkan hari ini. Pantas saja kalau selama sebulan ini Gio memaksaku melancarkan lagu itu. Hmm ternyata...

"Mari kita panggil Mika ke atas panggung," ucap pembawa acara.

Aku bangkit dari tempat dudukku, berjalan melangkah ke depan, dan naik ke atas panggung. Gio memberikan tangan kanannya untuk menyambutku. Gio tampak keren dari atas panggung, apalagi Gio memakai tuxedo hitam miliknya.

"Mika, kamu masih ingat nadanya kan?" bisik Gio kepadaku.
"Semoga," jawabku.

"Sebelum kita mendengarkan permainan mereka berdua, saya ingin tahu, apa yang memotivasi anda untuk berduet dengan nona cantik ini?" ucap pembawa acara.
"Saya ingin berduet dengan Mika karena saya menyadari bahwa Mika adalah nada yang hilang dalam partitur saya, dan saya menemukannya karena cocok dengan nada lain yang saya miliki," ucap Gio.
"Romantis sekali anda!" ucap pembawa acara.

Semua tersenyum memandang ke atas panggung. Aku jadi malu. Aku belum pernah mendapat pengakuan seperti ini langsung di depan banyak orang.  Bahkan, aku gak menyangka kalau Gio berkata seperti itu di hadapanku.

Aku dan Gio duduk di kursi piano yang sama hari ini. Sebenarnya, bukan hal baru bagiku. Tapi, duduk bersama di pangung konser yang megah ini merupakan halbaru bagiku. Ini bukan konser sekolah seperti bulan Januari yang lalu, tapi ini adalah konser musik sungguhan dihadapan orang yang dikenal maupun tidak dikenal.

Walaupun aku sempat salah memncet tuts, Gio bisa menutupi kesalahanku itu dengan memencet nada lain. Aku dan Gio bermain dengan lancar.

"Mika?" ucap Gio sambil berbisik dan bermain piano.
"Ya?" jawabku.
"Watashi wa, anata o aishiteimasu," ucap Gio kepadaku.
"Apa itu artinya?" tanyaku sambil bermain piano.
"Cari tahu sendiri dan kasih tau aku kalau kamu sudah menemukan jawabannya," ucap Gio.

***

Sudah lewat seminggu sejak hari konser itu. Hari ini, aku diminta hadir dalam acara kelulusan anak kelas tiga. Klub orchestra diminta mengisi acara.

Aku senang melihat semua anak kelas tiga lulus semuanya tanpa pengecualian. Aku melihat Nick ada kemajuan. Yang aku kenal, Nick sering mendapat nilai merah dan guru-guru takut dia tidak lulus SMA. Ternyata, Nick lulus SMA dengan nilai sedang, tidak sejelek yang orang-orang kira.

Mungkin Nick berubah semenjak aku putus dengannya. Walau Nick berubah dan ingin membuktikan padaku kalau dia berubah, aku tetap tiak akan kembali pacaran dengannya.

"Hai Mika!" sapa Nick.
"Ya?" jawabku.
"Udah lulus nih!" ucap Nick bangga pada diri sendiri.
"Selamat deh kalau gitu," ucapku.
"Gio, jaga Mika ya!" ucap Nick.
"Kenapa?" tanya Gio.
"Bulan depan aku mau terbang ke Korea, dapat beasiswa kuliah disana. Aku ambil jurusan desain," ucap Nick.
"Wow!" ucap Gio.
"Mik, mulai sekarang aku gak akan ngejar kamu lagi. Aku tahu kalau aku bukan cowok yang pantas untukmu. Mau seberapa serius aku berubah, aku tetap seperti dulu. Aku ingin kamu tetap bahagia di Indonesia. Aku tahu kok kalau di sekitar sini ada cowok yang sebenarnya sayang sama kamu sejak dulu. Oiya, aku pingin cowok itu segera mengakui perasaannya," ucap Nick.
"Makasih Nick buat masa lalunya! Maafin aku buat semua keegoisan ini. Dulu aku memaksakan diri untuk mencoba pacaran karena dulu aku bodoh, aku asal terima cintamu," ucapku.
"Aku tahu itu dari Lisa dan aku memaafkanmu kok," ucap Nick.
"Maaf," ucapku.
"Aku pulang dulu ya, mau mengurus pasport," ucap Nick.
"Tunggu! Sekali lagi selamat ya!" ucap Gio sambil mengulurkan tangannya untuk Nick.
"Makasih Gi," ucap Nick.

Aku senang melihat Nick dan Gio bersalaman untuk pertama kali dan terakhir kali. Dulu, Nick tidak suka dengan Gio karena aku dan Gio dekat sekali. Sekarang, semuanya terlah berakhir.

"Eh Gi, kita kan dah gak ketemu lagi.  Kalau berhasil, aku ucapkan selamat untuk kalian berdua," ucap Nick.
"Berdua, apa maksudnya?" tanyaku.
"Tanya Gio aja," jawab Nick.
"Hah?" ucapku gak ngerti.
"Aku pergi dulu," ucap Nick.

BERSAMBUNG.....

0 Comments