#19 Aku Harus Yakin (I Need to be Sure)

Awalnya, ketika aku sedang struggle, aku pernah terpikir untuk menjadi lajang di akhir hidupku. Karena aku punya banyak kekurangan pada fisik.

Aku masih jauh dari sempurna. Semua ini seketika menamparku ketika kebanyakan orang sepantaranku sudah punya pacar, tunangan, bahkan menikah dan punya anak. Mereka bisa, kenapa aku tidak bisa.

Aku yang dari kecil punya berbagai masalah, khawatir jika tidak bisa diterima oleh para pria. Belom lagi ada pria ajak kenalan, namun di hari pertama kami kenalan, dia sudah bertanya apa kekuranganku. Ummm... it's not polite, isn't it?

Aku mengamati kehidupan keluarga kakak sepupuku. Istrinya punya banyak alergi sepertiku. Dan ternyata, alergi itu menurun ke anaknya. Hal itu membuat keponakanku rewel, susah makan, dan sebagainya. Lalu, bagaimana kalau aku berumah tangga, punya anak, lalu anak aku juga seperti itu? Mampukah aku mengasihi dan sabar?

Aku tahu bahwa beberapa orang sudah tahu kalau alergi, keloidku yang tidak bisa hilang di wajah, dan kekurangan lainnya dapat menurun. Jelas akan membuat orang yang menginginkan keturunan akan mundur dari aku. Dan aku, tidak mungkin memaksa dengan menjanjikan bahwa anakku nanti tidak akan sama sepertiku. Itu mustahil sekali.

Singkat cerita, aku pernah novena selama sembilam hari atas saran temanku. Aku juga rutin berdoa malam hari sebelum aku tidur. Inti doaku adalah, mau kapanpun, siapapun orang yang Tuhan kirim kepadaku, aku akan terima dan aku akan berusaha untuk menjaganya. Aku tidak masalah dengan orang lama sekalipun, asal dia cocok denganku. That's all.

Impian memang hanyalah impian, sampai suatu saat di bulan Mei 2024, Tuhan kirimkan seseorang pada hidupku. Aku masih ingat, 11 Mei 2024. Kala itu, dia menghubungiku melalui pesan di Instagram. Aku terkejut, sebab seumur hidupku sebelum hari itu, aku tidak pernah terpikir bahwa aku akan berbicara kepada orang itu. He is not my crush before.

Apa yang aku lakukan? Aku mencoba untuk menjalin relasi dengannya. Kami intens mengobrol lewat whatsapp. Kalau dia orangnya, aku terima. Kalau bukan, ya jadi teman saja. Itu pikirku.

Aku mulai banyak belajar sungguh-sungguh agar kesalahanku di masa lalu tidak terulang lagi. Aku belajar bagaimana menjadi orang yang terlihat nyambung dengan jenis obrolan apapun, bisa menempatkan diri dengan orang seperti apapun, tidak langsung menolak orang yang datang, sabar, perhatian, dan lain sebagainya. Intinya, kalau aku ingin mendapatkan perlakuan baik dari orang lain, setidaknya aku harus berbuat baik kepada orang lain juga. Dan aku terapkan hal ini kepada orang itu.

Aku, sewaktu sedang mengetik ini, tidak tahu harus mengatakan apa lagi. God is amazing! Aku pernah menangis terharu karena Tuhan telah mengirimkan seseorang kepadaku yang mau denganku. Berjuang sama-sama, saling mengerti, dan paham akan kekurangan masing-masing. Kadang, ketika aku memikirkan hal ini, air mataku turun 

Dia tidak menuntut aku untuk menjadi seperti kebanyakan wanita. Dia tidak menuntutku untuk punya banyak keahlian. Dia tidak menuntutku untuk harus bisa punya keturunan dan apalagi keturunan yang sempurna. Sebab, bagi kami berdua, mendapatkan sebuah keturunan bukanlah sebuah kewajiban apabila kami akan membangun rumah tangga bersama. Namun, mendapatkan sebuah keturunan adalah hadiah dari Tuhan. Kami berdua sama-sama punya kekurangan yang dapat menurun kepada keturunan kami. Maka dari itu, kami tidak menargetkan untuk harus punya anak, apalagi lebih dari satu anak.

Waktu aku sedih, dia berhasil menenangkanku. Dia bisa merangkulku, membimbingku, dan membuat hatiku jadi tenang. Hal seperti ini yang memang dari dulu aku inginkan dari pasanganku. Terutama ketika aku baru saja pulang dari jadwal temu dengan seorang dokter kulit yang menjelaskan bahwa keloid yang aku punya merupakan keturunan dan bisa menurun pada anakku nanti.

Awalnya aku sedih, karena anakku bisa mengalami apa yang aku alami. Aku langsung saja cerita kepadanya, mencurahkan segalanya. Lalu, dia bilang aku tidak perlu khawatir. Dia tidak memintaku untuk harus mempunyai keturunan. Dia tidak masalah apabila hanya hidup berdua saja denganku.

Aku harus yakin kalau he is the one I'm looking for in the entire time. Pria mana lagi yang sungguh-sungguh bisa menerima apapun kekurangan dan bagaimana sifat asliku. Hanya dia yang sabar denganku, mengerti aku, dan tidak menjelek-jelekkan aku.

Dengan kesungguhan hati, di suatu sore hari yang tenang, dia berbisik di depan telinga kananku "Love you, babe".

Comments

Popular Posts