When I Was Your Man #6

Hari ini Joo-ahn, Ji-hyun, dan Mi-yeon pergi bersama untuk memberikan proposal kepada beberapa toko yang menjadi rekanan dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Satu demi satu toko dikunjungi pada hari ini.

"Hari ini kita akan mengunjungi berapa toko?" tanya Mi-yeon.
"Ada lima toko hari ini dan empat toko besok," ucap Joo-ahn. "Oiya Ji-hyun, apakah semua dokumennya sudah siap?" tanya Joo-ahn.
"Tentu saja!" jawab Ji-hyun.
"Baiklah," jawab Joo-ahn.

Ketiga orang itu pergi bersama menggunakan mobil perusahaan. Seperti biasa, Joo-ahn yang menyetir karena dia bisa menyetir dan memiliki SIM. Mi-yeon dan Ji-hyun belum bisa menyetir walaupun Mi-yeon sudah belajar menyetir beberapa kali.

"Ketua Kim, bisa mampir ke mini market sebentar?" tanya Ji-hyun.
"Ya, tapi jangan lama-lama ya!" ucap Joo-ahn.

Ji-hyun turun sebentar dari mobil perusahaan dan masuk ke dalam minimarket yang dilewati dalam perjalanan menuju ke sebuah toko. Joo-ahn dan Mi-yeon menunggu di dalam mobil.

"Lama sekali dia," ucap Joo-ahn.
"Iya ya, padahal cuma mau beli sesuatu," jawab Mi-yeon.

Karena Ji-hyun belum muncul juga, Joo-ahn meminta Mi-yeon untuk masuk dan mencari Ji-hyun dimdalam minimarket itu.

"Permisi, apakah tadi ada seorang wanita muda berambut panjang memakai pakaian berwarna pink dengan rok hitam selutut?" tanya Mi-yeon.
"Tidak ada, hanya ada seorang pria yang membayar di kasir," jawab petugas kasir minimarket.

Mi-yeon kembali masuk ke dalam mobil perusahaan. "Ketua, bagaimana ini? Kata petugas kasir, tidak ada wanita yang masuk ke dalam minimarket," ucap Mi-yeon.
"Apa katamu? Bagaimana bisa Ji-hyun hilang?" Astaga, dia juga membawa flash disk yang berisi dokumen," ucap Joo-ahn.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Mi-yeon.
"Sebentar," ucap Joo-ahn.

Joo-ahn membuka laptop milik Ji-hyun dan mencoba mencari dokumen yang dibawa Ji-hyun. Untung saja Ji-hyun lupa mengeluarkan emailnya dari sebuah aplikasi, sehingga masih ada simpanan benerapa dokumen yang dibutuhkan hari ini.

"Mi-yeon, tolong periksa CCTV minimarket san CCTV toko sebelah. Aku akan pergi sendirian ke beberapa toko. Nanti aku kembali kesini pasa waktu istirahat makan siang," ucap Joo-ahn.
"Kenapa kita tidak memeriksa black box mobil ini?" tanya Mi-yeon.
"Black boxnya rusak, belum diganti yang baru," jawab Joo-ahn.
"Baiklah, ketua pergi saja dulu," ucap Mi-yeon.
"Kabari aku kalau ada sesuatu," ucap Joo-ahn.

Mi-yeon masuk ke dalam minimarket dan ingin memeriksa CCTV yang ada di dalam minimarket itu. "Permisi," ucap Mi-yeon.
"Ah, kamu lagi. Ada apa?" tanya petugas kasir.
"Boleh aku lihat CCTV disini? Aku masih mencari temanku?" tanya Mi-yeon.

Petugas kasir mengambil memori dari alat CCTV dan membukanya di komputer yang ada di meja kasir. Kira-kira 25 menit yang lalu ada seorang pria berkaca mata hitam dan bertopi masuk ke dalam minimarket dan membeli minuman. Gelagat pria itu mencurigakan.

"Ah, sayang sekali pria itu memakai kaca mata hitam," ucap Mi-yeon.
"Kamu bisa mendapatkan namanya melaluindata kartu yang dipakai untuk membayar minuman di kasir," ucap petugas kasir.
"Coba tunjukan nama orang itu padaku," ucap Mi-yeon.
"Ah, dia bukan membayar memakai kartu kredit atau kartu anggota minimarket," ucap petugas kasir setelah mengecek data di komputer.
"Dae-mul, apakah kamu melihat mobil hitam yang parkir di depan minimarket?" tanya petugas di toko sebelah minimarket.
"Tidak. Kenapa?" tanya petugas kasir.
"Pria yang mengendarai mobil itu membawa seorang wanita muda dan membawanya kabur. Aku melihatnya sendiri tadi. Dia menyerer wanit itu seperti ingin menculiknya," ucap petugas toko sebelah.
"Apakah wanita yang diculik berwajah seperti ini?" tanya Mi-yeon sambil menunjukan foto Ji-hyun.
"Ah iya, dia orangnya!" ucap petugas toko sebelah.
"Dia teman kerjaku," ucap Mi-yeon.
"Apakah kamu tidak ingin melapor kepada polisi?" tanya petugas kasir.
"Iya, aku akan pergi ke kantor polisi untuk melapor. Terima kasih bantuannya ya," ucap Mi-yeon.

***

"Ji-hyun diculik oleh seorang pria yang tidak dikenalinya karena pria itu berusaha menutupi wajahnya dengan topi dan kaca mata hitam. Ji-hyun juga tidak tahu kenapa dia bisa diculik seperti ini dan dibawa menuju tempat yang jauh.

"Suwon?" ucap Ji-hyun kaget saat membaca papan penunjuk jalan yang dibacanya.
"Apakah kamu adalah orang yang pernah menculik aku delapan tahun yang lalu?" tanya Ji-hyun.
"Selama bertemu kembali, Ji-hyun!" ucap pria yang sedang menyetir itu.
"Kenapa kamu menculik aku lagi setelah delalan tahun berlalu?" tanya Ji-hyun.
"Aku memang membenci keuargamu. Aku membenci ayahmu yang merebut Il-hwa dariku. Il-hwa sampai membatalkan pernikahannya karena ingin menikah dengan ayahmu. Aku belum puas untuk bersama Il-hwa pada beberapa malam. Aku berusaha untuk mendapatkannya, tetapi selalu saja ayahmu berhasil memergokiku membawa Il-hwa ke suatu tempat. Bisnis yang aku bangun dengan ayahmu tidak berjalan dengan baik dan dia meninggalkanku tanpa menolongku kembali. Itu yang membuatku sangat marah dan belum puas untuk menghabiskanmu, satu-satunya anggota keluarga yang tersisa yang aku dengar," ucap pria itu.
"Apakah kamu sangat marah kepada ayahku dan menggunakanku sebagai gantinya?" tanya Ji-hyun.
"Kalau saja ayahmu tidak memergokiku malam itu, tentu saja aku sudah berhasil mendapatkan Il-hwa yang sedang mabuk dan membuatnya menjadi milikku seutuhnya. Aku sudah pernah menyuruh ayahmu untuk menyerahkan Il-hwa kepadaku sebagai rasa bersalahnya karena membuat bisnis kami berantakan," ucap penculik itu.

Ji-hyun masih terikat di dalam mobil yan dikendarai oleh orang yang membenci ayahnya. Ji-hyun tidak dapat berbuat apa-apa, sebab ponsel miliknya disita oleh pria itu dan dimatikan. Pria itu juga membuang kartu sim milik Ji-hyun sbelum pergi ke Suwon.

***

Mi-yeon pergi ke tempat kerja Lee In-ho untuk memberi tahu mengenai penculikan Lee Ji-hyun. In-ho kaget mendengar kabar itu karena In-ho pikir, penculik itu tidak perna muncul lagi.

"Apa?" tanya In-ho kaget.
"Iya, dia dibawa oleh seorang laki-laki. Seorang petugas toko melihatnya sendiri dan aku sudah memeriksa black box dari sebuah mobil yang diparkir di sebelah mobil perusahaan," ucap Mi-yeon.
"Ayo kita pergi ke kantor polisi!" ucap In-ho.
"Tidak perlu, aku baru saja dari sana. Seroang detektif yang bekerja di sana membongkar beberapa dokumen yang dulu digunakan untuk menginvestigasi pria itu dan detektif itu sudah memebri tahu plat mobil milik pria itu, foto mobil pria itu, foto pria itu, dan beberapa hal lainnya," ucap Mi-yeon.
"Aku harus mendapatkan pria itu sebelum terlambat. Aku rasa, pria itu yang menabrak ayahku satu tahun yang lalu," ucap In-ho.

Tidak lama setelah Mi-yeon berbicara dengan In-ho, Joo-ahn tiba di kantor tempat In-ho bekerja. Joo-ahn nampak lelah karena berlari dan menyetir dengan kencang.

"Sunbae," ucap Joo-ahn panik.
"Tenang dulu. Lebih baik kita makan sang dulu di kantin," ucap In-ho.
"Aku tidak mau makan kalau belum tenang," ucap Joo-ahn.
"Ketua, jangan melewatkan makan siangmu," ucap Mi-yeon.

***

"Menurut keterangan dari detektif Park, pria itu berasal dari kota Suwon," ucap Mi-yeon.
"Aku harus berangkat ke Suwon. Tolong sampaikan kabar kepada manajer Jang," ucap Joo-ahn sambil membereskan meja kerjanya.
"Apakah ketua tidak menunggu kabar dari polisi saja?" tanya Mi-yeon.
"Aku harus bisa menemukannya juga," ucap Joo-ahn.
"Baiklah, hati-hati ya!" ucap Mi-yeon.

Joo-ahn pulang ke rumahnya, lalu meletakan tas kerjanya. Setelah itu dia mengganti baju yang dipakainya dan mengambil kunci mobil milik ayahnya.

"Ayah, ada yang harus aku cari di luar kota. Aku pergi dulu ya!" ucap Joo-ahn.
"Malam-malam begini? Hati-hati ya!" ucap ayahnya.
"Oppa, semoga berhasil!" ucap Min-ji.
"Aku pergi dulu!" ucap Joo-ahn.

Joo-ahn mengendarai mobil menuju kota Suwon. Joo-ahn mencoba mendatangi alamat tempat tinggal penculik itu yang diberi tahu oleh detektif.

"Ah sial! Tempatnya sudah dijual," ucap Joo-ahn sambil memukul stir mobil.

"Joo-ahn, aku punya teman yang tinggal di kota Suwon. Dia bilang, dia melihat mobil hitam milik penculik itu di dekat stasiun Suwon. Sepertinya ada pria itu masuk ke dalam daerah perumahan dekat stasiun," ucap In-ho saat menelepon Joo-ahn.
"Sunbae ada di mana sekarang?" tanya Joo-ahn.
"Aku baru saja mau menyalakan mobil dan menuju kesana," ucap In-ho.
"Baiklah, aku sudah sampai di kota Suwon," ucap Joo-ahn.

Joo-ahn mematikan mesin mobilnya dan langsung masuk ke sebuah rumah tua tempat mobil penculik itu terparkir. Ternyata, mobil itu sengaja di parkir di depan sebuah rumah untuk mengecoh siapapun yang mencari penculik itu. Penculik itu pergi menggunakan mobil lain yang belum pernah diketahui oleh polisi.

"Ji-hyun!" teriak Joo-ahn saat mengetahui kalau Ji-hyun tidak berada di dalam rumah itu.

Joo-ahn mengambil semua dokumen yang bertuliskan alamat apapun di kota Suwon. Joo-ahn berencana untuk mengunjungi satu per satu alamat yang mungkin menjadi tempat terakhir bagi penculik itu untuk meletakan Ji-hyun.

***

"Kedua orang tuaku sudah meninggal, kenapa kamu masih mengincarku? Kenapa kamu tidak mengincar orang lain saja?" tanya Ji-hyun saat duduk di atas sebuah kursi dan terikat.

"Kamu bodoh atau apa? Mana mungkin aku mengincar kakakmu? Dia kan laki-laki. Lagi pula, delapan tahun yang lalu kamu masih kecil. Aku tidak suka anak kecil berseragam sekolah. Karena kamu sudah dewasa, aku ingin memilikimu saja," ucap penculik itu.
"Apa maksudmu? Yaampun! Aku ini bukan wanta yang bisa kamu pakai seenaknya saja! Aku masih punya harga diri!" ucap Ji-hyun.
"Apa perlu aku telepon pacarmu? Pacarmu dan aku sudah saling kenal karena dulu kami tetangga," ucap penculik itu.
"Tidak bisa! Dia sedang berada di Jepang," ucap Ji-hyun.
"Sekarang, kamu pilih salah satu. Apakah kamu ingin aku mengejar pacarmu saja dan menghabisinya di Jepang atau kamu menyerahkan dirimu untuk bermalam bersamaku dan menemaniku terus? Pilih salah satu!" ucap penculik itu sambil memandang Ji-hyun.
"Kenapa kamu mengaitkn masalah ini kepada pacarku? Apakah dia membuatmu kesal juga?" tanya Ji-hyun.
"Apakah kalian akan menikah? Kalau kalian akan menikah, aku tidak bisa mendapatkanmu lagi. Jadi, sebelum aku terlambat lagi, aku ingin memilikimu sebagai pengganti ibumu yang gagal aku miliki," ucap penculik itu.
"Lepasakan aku!" teriak Ji-hyun.
"Silahkan kamu pilih saja! Aku tidak akan menggunakanmu malam ini. Kita bisa membiasakan diri untuk hidup bersama dulu sebelum aku memakaimu," ucap penculik itu.
"Aku... aku akan memilih untuk menyerahkan dirimu dari pada kamu menghabisi pacarku di Jepang," ucap Ji-hyun.
"Apakaha kamu serius dengan kata-katmu itu?" tanya penculik sambil berdiri menatap jendela.
"Aku tidak ingin dia dihabisi di Jepang karena ini bukan malahnya, melainkan masalah keluargaku sendiri. Demi menggantikan ibuku, aku akan menyerahkan diriku," ucap Ji-yun.
"Bagus nona Lee!" ucap penculik itu.

"Ji-hyun!" ucap seseroang yang berteriak di depan rumah kecil tempat Ji-hyun diculik.

BERSAMBUNG....

0 Comments